Badan prakiraan cuaca NaDraki melaporkan, Harold saat ini berada di lepas pantai pulau utama Viti Levu, Fiji. Badai tropis ini mendekat ke arah daratan Fiji lebih cepat dari perkiraan awal.
"Meski kekuatannya menurun, Harold masih tetap sangat berbahaya," tutur NaDraki, dikutip dari laman The National.
"Intensitasnya masih dapat memicu kerusakan properti dan infrastruktur. Tidak hanya itu, (Harold) juga bisa menewaskan dan melukai banyak orang," sambungnya.
Warga di Suva, ibu kota Fiji, mengaku telah merasakan tiupan angin kencang dan hujan deras. Terjangan Badai Harold di Fiji diperkirakan mencapai puncaknya pada Rabu petang hingga malam.
Harold telah menewaskan 27 orang di Kepulauan Solomon pekan kemarin. Dari Solomon, Harold bergerak ke Vanuatu dan merusak kota kedua terbesar di negara tersebut, Luganville.
Sekretaris Jenderal Palang Merah Vanuatu, Jacqueline de Gaillande, mengaku belum mengetahui skala kerusakan di Luganville karena jaringan komunikasi masih terputus.
"NDMO (Badan Manajemen Bencana Nasional) telah melakukan sejumlah survei udara, tapi mereka belum dapat menunjukkan hasil pengamatannya kepada kami," tutur de Gaillande.
Bantuan internasional berskala masif diluncurkan tak lama usai Siklon Pam, badai kategori 5, melanda Vanuatu pada 2015. Badai kala itu meluluhlantakkan Port Villa, ibu kota Vanuatu.
Badai kembali melanda Vanuatu saat dunia tengah menghadapi pandemi virus korona (covid-19). Sejauh ini, Vanuatu masih terhindar dari ancaman virus tersebut. Meski demikian, Pemerintah Vanuatu telah menutup perbatasan untuk semua penerbangan internasional demi mencegah masuknya covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News