Menurut seorang sumber, dilansir dari laman Yonhap, Minggu 21 Juni 2020, Korut telah mengirim sekitar lima prajurit yang membawa sekop dan celurit. Kelimanya bergerak menuju beberapa pos di Zona Demiliterisasi yang memisahkan dua Korea.
Meski demikian, Korsel sejauh ini tidak memandang pengiriman tersebut sebagai sebuah ancaman.
Ketegangan terbaru saat ini dipicu beredarnya pamflet anti-Pyongyang di perbatasan. Korut geram karena menilai Korsel tidak serius menangani hal tersebut.
Kemarahan Korut memuncak dan dilampiaskan dengan meledakkan gedung antar-Korea beberapa hari lalu. Korut kemudian mengancam akan melancarkan aksi militer.
"Pos penjagaan sudah jelas merupakan fasilitas untuk kepentingan militer," ucap sumber tersebut. "Tapi kami akan terus mengawasi mereka," sambungnya.
Saat ini, Korut belum terlihat terlalu mengancam karena pengerahan pasukannya di perbatasan masih relatif minim. Namun jika Korut mengirim setidaknya satu peleton, maka Korsel akan memandangnya sebagai sesuatu yang tak biasa.
Selain di DMZ, militer Korsel juga mengawasi area pesisir. Seoul melihat dua artileri milik Korut di wilayah Gaemori seperti terlihat siap untuk digunakan.
"Tapi Korut sering menutup dan membuka artileri tersebut. Ada kemungkinan Korut membuka artileri itu hanya untuk menghilangkan kelembaban," tutur sumber tersebut.
Sementara itu, kantor berita Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan bahwa Korut siap mengirim pamflet propaganda untuk membalas Korsel. Korsel menyerukan agar Korut membatalkan rencana tersebut. Pyongyang menolaknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News