Logo G20 terpasang di salah satu ruas jalan di New Delhi, India, 7 September 2023. (TAUSEEF MUSTAFA / AFP)
Logo G20 terpasang di salah satu ruas jalan di New Delhi, India, 7 September 2023. (TAUSEEF MUSTAFA / AFP)

KTT G20 Gagal Capai Kesepakatan Penghapusan Bahan Bakar Fosil Bertahap

Willy Haryono • 10 September 2023 15:31
New Delhi: Negara-negara Kelompok 20 (G20) pada hari Sabtu, 9 September 2023, gagal mencapai kesepakatan mengenai penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap pada pertemuan puncak di New Delhi, India, meski laporan PBB menyatakan bahwa emisi global tidak sejalan dengan target suhu dalam Perjanjian Iklim Paris.
 
Perjanjian Iklim Paris atau COP15 telah menetapkan 1,5 derajat Celcius sebagai ambang batas untuk membatasi suhu rata-rata global. Jika ambang batas tersebut terlewati, maka dampak perubahan iklim diperkirakan akan jauh lebih parah terhadap kehidupan manusia, satwa liar, dan ekosistem.
 
Jajaran negara G20 bersama-sama menyumbang lebih dari tiga perempat emisi global dan produk domestik bruto. G20 juga merupakan rumah bagi 93% pembangkit listrik tenaga batu bara global, dan 88 persen pembangkit listrik tenaga batu bara baru yang sedang diusulkan.

Deklarasi konsensus yang diadopsi di KTT G20 pada Sabtu kemarin menyatakan bahwa mereka telah sepakat untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada 2030, dan mencoba meningkatkan dana untuk penanggulangan bencana terkait perubahan iklim.

'Waktu Semakin Sempit'

Namun deklarasi tersebut mempertahankan status quo dalam penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap.
 
Perkembangan ini terjadi sehari setelah laporan PBB memperingatkan bahwa "waktu semakin sempit" untuk melaksanakan komitmen yang ada untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius.
 
"Komunitas global tidak berada pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuan jangka panjang yang ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris, meski ada kemajuan kolektif yang telah dicapai," tambah laporan itu.
 
"Peningkatan energi terbarukan dan penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap merupakan elemen yang sangat diperlukan dalam transisi energi yang adil menuju emisi nol bersih," sambung laporan PBB tersebut, melansir dari laman Scroll.in, Minggu, 10 September 2023.

Suhu yang Lebih Hangat

Emisi gas rumah kaca global, menurut PBB, harus mencapai puncaknya pada 2025 dan turun dengan cepat setelahnya untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
 
Namun, deklarasi G20 pada hari Sabtu menyatakan bahwa meski mereka mengakui perlunya mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 43 persen pada 2030 dan mencatat bahwa puncaknya harus terjadi sebelum tahun 2025, hal ini tidak berarti bahwa semua negara harus mencapai puncaknya sesuai jangka waktu tersebut.
 
Hal ini terjadi setelah laporan lain dari organisasi non-pemerintah Climate Central mengatakan pada Kamis lalu bahwa lebih dari 3,8 miliar orang – hampir setengah dari populasi dunia – mengalami setidaknya 30 hari suhu yang lebih hangat secara signifikan antara bulan Juni dan Agustus karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
 
Laporan tersebut juga mencatat bahwa negara-negara dengan emisi terendah mengalami sekitar tiga hingga empat kali lebih banyak hari yang ditandai dengan suhu yang lebih tinggi dari bulan Juni hingga Agustus dibandingkan negara-negara G20.
 
Baca juga:  Indonesia Usung Komitmen Stabilitas di KTT G20
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan