Uang kertas ini menggunakan pola cetak hologram dari potret yang menghadap ke arah berbeda tergantung sudut pandang seseorang. Teknologi ini disebut Biro Percetakan Nasional Jepang sebagai yang pertama di dunia untuk uang kertas.
Mengutip dari The Straits Times, Rabu, 3 Juli 2024, Jepang mulai mengedarkan uang kertas baru hari ini. Meski uang kertas lama tetap beredar, stasiun kereta, tempat parkir, dan kedai ramen kini berebut memperbarui mesin pembayaran mereka. Pemerintah Jepang juga mendorong konsumen dan pelaku bisnis untuk mengurangi penggunaan uang tunai dalam upaya digitalisasi ekonomi.
Uang kertas 10.000 yen baru menampilkan Eiichi Shibusawa (1840-1931), pendiri bank dan bursa saham pertama di Jepang, yang sering disebut "bapak kapitalisme Jepang." Uang kertas 5.000 yen baru menggambarkan pendidik Umeko Tsuda (1864-1929), yang mendirikan salah satu universitas wanita pertama di Jepang. Sementara uang kertas 1.000 yen baru menampilkan ilmuwan medis perintis, Shibasaburo Kitasato (1853-1931).
Otoritas mata uang Jepang berencana mencetak sekitar 7,5 miliar uang kertas dengan desain baru hingga akhir tahun fiskal ini. Uang kertas tersebut akan menambah 18,5 miliar uang kertas senilai 125 triliun yen yang sudah beredar hingga Desember 2023.
"Uang tunai adalah alat pembayaran aman yang dapat digunakan siapa saja, di mana saja dan kapan saja, dan akan terus memainkan peran signifikan," kata Gubernur Bank of Japan, Kazuo Ueda, dalam peluncuran uang kertas baru.
Bank sentral Jepang telah melakukan eksperimen pada mata uang digital, tetapi pemerintah belum membuat keputusan apakah akan mengeluarkan yen digital.
Pelaku Bisnis di Jepang
Pembaharuan uang kertas pertama sejak 2004 ini mendorong bisnis untuk memperbarui mesin pembayaran bagi pelanggan yang menyukai uang tunai. Meski pembayaran nontunai di Jepang tercatat meningkat hampir tiga kali lipat dalam satu dekade terakhir di kisaran 39 persen, angka tersebut masih tertinggal dibandingkan negara lain. Jepang berharap angka ini naik hingga 80 persen demi meningkatkan produktivitas.Sekitar 90 persen mesin ATM bank, mesin tiket kereta, dan kasir ritel di Jepang siap menerima uang kertas baru, tetapi hanya setengah dari mesin tiket restoran dan parkir yang sudah siap, kata Asosiasi Produsen Mesin Penjual Jepang. Hampir 80 persen dari 2,2 juta mesin penjual minuman di seluruh negeri juga perlu di-upgrade, tambahnya.
"Mungkin perlu waktu hingga akhir tahun untuk merespons hal ini," kata Takemori Kawanami, eksekutif di perusahaan mesin tiket Elcom. "Kami kekurangan komponen," tambahnya, karena pesanan klien untuk melakukan upgrade melebihi ekspektasi.
Banyak restoran cepat saji di Jepang, seperti kedai ramen dan kedai daging sapi, mengandalkan mesin tiket untuk mengurangi biaya tenaga kerja. Namun, beberapa pemilik usaha kecil yang berjuang melawan inflasi merasa tidak senang dengan investasi tambahan untuk membeli mesin tiket yang diperlukan akibat uang kertas baru ini.
"Penggantian mesin tidak berdampak pada penjualan, jadi ini hanya berdampak negatif bagi kami, selain kenaikan biaya tenaga kerja dan bahan makanan," kata Shintaro Sekiguchi, yang menghabiskan sekitar 600.000 yen untuk mesin tiket di tiga kedai ramen yang ia kelola di selatan Tokyo.
Seiring perkembangan pembayaran nontunai, Sekiguchi menginginkan mesin canggih yang dapat menawarkan berbagai opsi pembayaran kepada pelanggan.
"Ramen kami tidak memiliki harga satuan yang tinggi, jadi menjalankan kedai selama satu atau dua hari tidak akan cukup untuk mengganti mesin tersebut," tambahnya. (Shofiy Nabilah)
Baca juga: Asal Usul Mata Uang Yen Jepang dan Ragamnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id