Menlu Tiongkok Wang Yi saat berada di Port Moresby, Papua Nugini, 20 April 2024. (Andrew KUTAN / AFP)
Menlu Tiongkok Wang Yi saat berada di Port Moresby, Papua Nugini, 20 April 2024. (Andrew KUTAN / AFP)

Kecam AUKUS, Tiongkok Peringatkan Persaingan Kekuatan Besar di Pasifik

Medcom • 22 April 2024 13:20
Beijing: Tiongkok kembali mengkritik kemitraan pertahanan trilateral AUKUS antara Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia, dengan mengatakan bahwa kawasan Indo-Pasifik tidak boleh menjadi arena persaingan kekuatan-kekuatan besar.
 
Selama konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Papua Nugini Justin Tkatchenko, Menlu Tiongkok Wang Yi menyatakan keprihatinannya atas perjanjian AUKUS.
 
"Pasifik tidak boleh menjadi arena bermain bagi negara-negara besar," ucap Wang, seperti dikutip dari TRT World pada Senin, 22 April 2024. Ia mengungkapkan keberatan kepada AS, Inggris, dan Australia yang telah memperkenalkan pengembangan kapal selam nuklir di kawasan.

Ia berpendapat bahwa langkah tersebut melanggar tujuan Perjanjian Rarotonga, nama umum dari Perjanjian Zona Bebas Nuklir Pasifik Selatan di tahun 1985.
 
Wang menegaskan kembali sikap Tiongkok terhadap konfrontasi antar blok di kawasan, dan menekankan bahwa pendekatan semacam itu tidak sejalan dengan kebutuhan dan tren sejarah perkembangan negara-negara Pasifik.
 
Selain itu, Wang juga menekankan komitmen Tiongkok terhadap "kerja sama Selatan-Selatan," yang didasarkan pada solidaritas antarnegara berkembang dan tidak didorong oleh kepentingan atau agenda geopolitik.

Kehadiran Tiongkok di Pasifik

Sebagai respons terhadap upaya mengimbangi pengaruh ekonomi Tiongkok di Pasifik, termasuk melalui aliansi AUKUS dan QUAD, Beijing telah memperkuat hubungannya dengan negara-negara kepulauan Pasifik untuk mendapatkan pengaruh di wilayah tersebut.
 
Hal ini termasuk perjanjian keamanan kontroversial yang ditandatangani dengan Kepulauan Solomon pada 2022 yang telah menimbulkan kekhawatiran tentang kehadiran kapal perang Tiongkok di pelabuhan Kepulauan Solomon, dan otoritas personel keamanan Tiongkok untuk menjaga ketertiban sosial dan melindungi kehidupan, properti, dan proyek-proyek Beijing.
 
Kritikus berpendapat bahwa perjanjian tersebut pada dasarnya berfungsi sebagai "pakta keamanan," yang memungkinkan Tiongkok untuk mengerahkan militernya untuk melindungi warga negara dan proyek-proyeknya di Samudra Pasifik bagian selatan. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)
 
Baca juga: AUKUS Pertimbangkan Perluas Kerja Sama dengan Jepang
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan