Pekan kemarin, ketiga negara tersebut secara bersamaan mengumumkan AUKUS, sebuah pakta yang berfokus pada sektor pertahanan dan kapabilitas militer. Melalui pakta ini, Australia akan mendapat bantuan dari AS dan Inggris untuk mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir.
"(Pembentukan AUKUS) sangat berbahaya dan dapat mengganggu keseimbangan strategis di kawasan serta memicu perlombaan senjata nuklir," kata Kemenlu Korut, dilansir dari laman France 24, Senin, 20 September 2021.
"Ini menunjukkan bahwa AS adalah tokoh utama di balik penghancuran sistem non-proliferasi nuklir internasional," lanjutnya.
Rabu kemarin, di hari yang sama dengan pengumuman AUKUS, Korut telah meluncurkan dua rudal balistik ke laut. Korea Selatan juga meluncurkan misil balistik dari kapal selam beberapa jam setelahnya.
Baca: Korsel Berhasil Uji Rudal Balistik dari Kapal Selam
Aksi saling meluncurkan misil, ditambah dengan kemunculan AUKUS, merupakan indikasi terjadinya perlombaan persenjataan di tengah rivalitas dua kekuatan besar dunia, AS dan Tiongkok.
"Merupakan hal natural bagi negara-negara tetangga, termasuk Tiongkok, untuk mengecam langkah-langkah tak bertanggung jawab yang dapat menghancurkan perdamaian dan stabilitas kawasan," tutur seorang pejabat Korut, merujuk pada AUKUS.
AUKUS dipandang komunitas global sebagai upaya melawan pengaruh Tiongkok di kawasan, meski AS beserta Australia dan Inggris tidak menyebutkan nama Beijing saat pengumumkan pembentuan aliansi.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membantah bahwa AUKUS dibuat untuk melawan Tiongkok, sementara Presiden AS Joe Biden menegaskan kapal selam yang akan didapat Australia tidak dilengkapi senjata nuklir, melainkan hanya mendapatkan tenaganya dari reaktor nuklir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News