Peran perempuan mulai ditinggalkan dalam pemerintah baru Afghanistan bentukan Taliban. Foto: AFP
Peran perempuan mulai ditinggalkan dalam pemerintah baru Afghanistan bentukan Taliban. Foto: AFP

Tak Ada Perempuan dalam Pemerintahan Baru Afghanistan

Fajar Nugraha • 08 September 2021 08:01
Kabul: Peran perempuan jadi kekhawatiran dalam pemerintahan baru Afghanistan di bawah Taliban. Terbukti, dalam pemerintahan yang baru diumumkan tidak ada perempuan sama sekali.
 
Hibatullah Akhundzada menjadi panglima tertinggi Taliban pada Mei 2016, dan sekarang menjadi pemimpin Afghanistan atau sekarang disebut sebagai Imarah Islam Afghanistan.
 
Pada 1980-an, ia berpartisipasi dalam perlawanan terhadap kampanye militer Uni Soviet di Afghanistan. Tetapi reputasinya lebih sebagai pemimpin agama daripada komandan militer.

Baca: Taliban Bentuk Pemerintah Baru, Hasan Akhund Jadi Perdana Menteri.
 
Banyak peran di pemerintahan dipegang tokoh kunci Taliban, termasuk Mullah Hasan Akhund yang ditunjuk sebagai perdana menteri. Tetapi tidak ada perempuan yang ditunjuk dalam pemerintahan sementara ini.
 
“Taliban juga dilaporkan membubarkan Kementerian Urusan Perempuan, beberapa hari setelah dengan keras menindak protes yang dipimpin perempuan terhadap pembatasan kebebasan mereka di bawah pemerintahan Taliban,” laporan DW, Rabu 8 September 2021.
 
“Juga tidak ada perempuan dalam struktur kekuasaan baru, sesuatu yang telah diserukan oleh para pengunjuk rasa di Kabul karena perempuan takut kehilangan hak-hak mereka yang telah diperoleh dengan susah payah,” imbuh laporan itu.
 
Di bawah kepemimpinan Mullah Mohammed Omar (yang diperkirakan meninggal pada 2013), Taliban juga melarang televisi, musik, film, make-up, dan melarang anak perempuan berusia 10 tahun ke atas untuk bersekolah.


Keberadaan Akhundzada

Meskipun disebut bahwa Hibatullah Akhundzada menjadi pemimpin tertinggi Afghanistan, tidak ada kabar yang menyebutkan keberadaan dirinya. Dalam pembentukan pemerintahan, dirinya pun tidak muncul.
 
Wartawan Afghanistan Ali Latifi mengatakan kepada DW, adalah Mawlawi Hibatullah Akhundzada, yang adalah "pemimpin Taliban sejauh yang kami tahu."
 
Baca: Buronan Teroris dalam Pemerintahan Baru Afghanistan Bentukan Taliban.
 
Latifi mengatakan, ada kepercayaan pada desas-desus bahwa pemimpin tertinggi kelompok militan itu sejak 2016 telah meninggal, meskipun ada jaminan dari Taliban untuk sebaliknya.
 
Seolah ingin menghilangkan rumor semacam ini, Taliban mengeluarkan pernyataan dari Akhundzada pada Selasa.
 
Dikenal sebagai pemimpin tertinggi kelompok itu, Akhundzada mengucapkan selamat kepada negara atas "pembebasan dari kekuasaan asing" dan menegaskan bahwa "di masa depan, semua masalah pemerintahan dan kehidupan di Afghanistan akan diatur oleh Syariat suci.”
 
Di bawah visi ekstremis Taliban, ini berarti sedikit hak bagi perempuan dan minoritas dan pemahaman yang represif tentang aturan yang diberikan dalam Al-Quran.
 
Akhundzada sebelumnya mengatakan pemerintah baru akan terus menegakkan semua perjanjian dan perjanjian internasional yang tidak melanggar interpretasi hukum Islam. Namun sepertinya janji itu masih perlu dibuktikan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan