Namun, janji India tidak sejalan dengan tujuan utama KTT COP26, di mana negara-negara tersebut berkomitmen untuk mencapai target itu pada 2050.
Ini pertama kalinya India menetapkan target nol bersih. Nol bersih atau menjadi netral karbon, berarti tidak menambah jumlah gas rumah kaca di atmosfer.
Tiongkok mengumumkan rencana untuk netralitas karbon pada 2060, sedangkan Amerika Serikat dan Uni Eropa bertujuan mencapai nol bersih pada 2050.
India merupakan penghasil karbon dioksida terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, AS, dan Uni Eropa. Namun, populasinya yang besar berarti emisi per kapitanya jauh lebih rendah daripada ekonomi utama dunia lainnya.
Dilansir dari BBC, Selasa, 2 November 2021, India mengeluarkan 1,9 ton CO2 per kepala populasi pada 2019. Sedangkan AS 15,5 ton dan Rusia 12,5 ton pada tahun itu.
Target nol bersih 2070 India mungkin mengecewakan para aktivis di Glasgow. Namun, hal tersebut malah membuat orang-orang di negaranya terkesan.
"India jelas menempatkan bola di pengadilan negara maju dengan mengumumkan 500 gigawatt (GW) kapasitas listrik non-fosil, setengah energi dari energi terbarukan, pengurangan emisi sebesar satu miliar ton dan intensitas emisi PDB sebesar 45 persen pada 2030," kata Kepala Eksekutif Dewan Energi, Lingkungan dan Air Arunabha Ghosh.
"Ini adalah aksi iklim yang nyata. Sekarang India menuntut 722 miliar euro (setara Rp11.947 triliun) dalam pendanaan iklim sesegera mungkin dan akan memantau tidak hanya aksi iklim tetapi juga pendanaan iklim," lanjutnya.
Pidato Modi muncul setelah teguran keras dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Ia menuntut agar orang berhenti "memperlakukan alam seperti toilet".
Guterres dengan tajam mengkritik penggunaan bahan bakar fosil yang terus berlanjut, dengan mengatakan "kita menggali kuburan kita sendiri".
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News