Putri Mako dan suaminya, Kei Komuro, dalam konferensi pers di Tokyo, Jepang, 26 Oktober 2021. (Nicolas Datiche / POOL / AFP)
Putri Mako dan suaminya, Kei Komuro, dalam konferensi pers di Tokyo, Jepang, 26 Oktober 2021. (Nicolas Datiche / POOL / AFP)

Keluar dari Kekaisaran Jepang, Mako Sebut Kei Komuro 'Sosok Tak Tergantikan'

Medcom • 27 Oktober 2021 19:34
Tokyo: Mantan salah satu putri dari kekaisaran Jepang, Mako, mendeskripsikan suaminya, Kei Komuro, sebagai "sosok tak tergantikan." Sementara Komuro memandang Mako sebagai "sosok perempuan yang tepat untuk mendampingi dan menghabiskan sisa hidup saya."
 
Pasangan tak biasa itu menikah pada Selasa, 26 Oktober 2021. Karena menikah dengan rakyat jelata, Putri Mako secara resmi melepaskan gelar kebangsawanannya. 
 
Putri Mako, keponakan tertua Kaisar Naruhito, telah melepaskan gelarnya dan namanya kini menjadi Mako Komuro. Ia resmi meninggalkan keluarga kekaisaran sesuai hukum Jepang yang menyatakan anggota keluarga akan kehilangan status bangsawan jika menikah dengan rakyat jelata.

"Pernikahan adalah pilihan yang diperlukan bagi kami, untuk melanjutkan hidup dengan saling menghargai perasaan satu sama lain," kata Mako Komuro. Ia mengaku lega" karena akhirnya dapat menikah.
 
Mako telah didiagnosis dengan gangguan stres pascatrauma kompleks atas fitnah dan kata-kata kasar publik Jepang yang dilayangkan kepada dirinya dan Kei. Ia juga tengah menanggung perselisihan keuangan antara ibunya dan mantan tunangannya dengan dana hingga lebih dari Rp667 juta.
 
Baca:  Momen Putri Mako Tinggalkan Rumahnya Usai Resmi Menikah dengan Warga Biasa
 
Karena begitu banyak kontroversi, Mako dan Kei memutuskan menggelar pernikahan secara sederhana. Mereka bahkan tidak secara pribadi mendaftarkan pernikahan mereka guna menghindari sorotan media. Anggota staf Badan Rumah Tangga Kekaisaran (IHA) menggantikan mereka dalam menyerahkan berbagai dokumen pernikahan ke kantor catatan sipil.
 
Pernikahan Mako dan Kei pada umumnya diterima dengan baik di Jepang. Scapan selamat mengalir di media sosial, dan sempat menjadi trending di Twitter.
 
Awal bulan ini, sebuah jajak pendapat oleh surat kabar Yomiuri menunjukkan, lebih dari separuh masyarakat Jepang mendukung pernikahan tersebut, dengan 33 persen lainnya menentang.
 
"Sangat menyakitkan dan menyedihkan bagi saya, setiap kali Kei menjadi sasaran kritik atau spekulasi sepihak bahwa dia mengabaikan perasaan saya. Sangat menakutkan bagaimana bahkan ketika tanpa alasan, informasi palsu dapat disebarkan seolah-olah itu benar," ujar Mako. (Nadia Ayu Soraya)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan