Menurut keterangan kantor berita Korean Central News Agency (KCNA), Minggu, 19 Februari 2023, peluncuran ICBM tipe Hwasongpho-15 dilakukan Korea Utara pada Sabtu kemarin, dengan ketinggian rudal mencapai maksimum 5.768,5 kilometer dan terbang sejauh 989 kilometer.
Dikatakan bahwa peluncuran kejutan ini adalah "jaminan serta bukti nyata dari keandalan kami dalam menjalankan skema penangkal nuklir fisik."
Gedung Putih mengutuk peluncuran tersebut, dengan mengatakan bahwa AS "akan mengambil semua tindakan yang diperlukan" untuk memastikan keamanan dalam negeri, Korea Selatan, dan Jepang.
Komando Indo-Pasifik AS menilai bahwa peluncuran ICBM Korea Utara tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel atau wilayah Negeri Paman Sam dan juga para sekutu. Komando juga meminta Korea Utara "untuk menahan diri dari tindakan melanggar hukum dan destabilisasi lebih lanjut."
"Peluncuran ini meningkatkan ketegangan dan berisiko mengacaukan situasi keamanan di kawasan," kata Adrienne Watson, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, dikutip dari Fresno Bee.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan kepada awak media bahwa rudal yang ditembakkan Korea Utara pada Sabtu pagi mendarat di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Negeri Sakura, tepatnya di lepas pantai Hokkaido. Jubir pemerintah Jepang, Hirokazu Matsuno, mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada laporan kerusakan.
"Langkah peluncuran terbaru adalah tindakan keterlaluan yang merupakan provokasi eskalasi terhadap seluruh komunitas internasional," kata PM Kishida.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Utara telah meluncurkan rudal jarak jauh dari area dekat bandara internasional Pyongyang sekitar pukul 17:22 waktu setempat. Penjaga Pantai Jepang mengatakan rudal itu terlihat jatuh sekitar pukul 18:27.
Ini menunjukkan bahwa rudal ICBM Korea Utara tersebut terbang selama lebih dari satu jam, yang akan serupa dengan waktu penerbangan uji ICBM Korea Utara lainnya. KCNA melaporkan bahwa rudal tersebut terbang selama 4.015 detik, atau hampir 67 menit.
Jumat kemarin, Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengancam AS dengan "perlawanan kuat dan gigih yang belum pernah terjadi sebelumnya" jika terus melakukan latihan militer gabungan bersama Korea Selatan. Pada akhir Januari, AS dan Korea Selatan mengumumkan rencana meningkatkan latihan militer bersama mereka, sebuah langkah yang di masa lalu sempat memicu ancaman dan uji coba senjata oleh Korea Utara.
Baca juga: Korea Utara Tembakkan Rudal Jelang Latihan Militer AS-Korea Selatan
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News