Korsel dan AS secara berkala menggelar latihan militer gabungan, biasanya berlangsung di musim semi dan panas. Namun Korut hampir selalu melayangkan protes atas latihan semacam itu, yang dipandang sebagai persiapan untuk memulai peperangan.
Menurut keterangan Kepala Staf Gabungan (JCS), latihan militer gabungan AS-Korsel akan berlangsung selama sembilan hari. Latihan kali ini lebih bersifat defensif dengan jumlah personel di angka minimal.
"Aliansi telah membuat keputusan setelah secara komprehensif mempertimbangkan situasi Covid-19," kata JCS, dilansir dari laman The Straits Times, Minggu, 15 Agustus 2021.
Satu hari usai AS dan Korsel memulai latihan permulaan pekan kemarin, Korut tidak bersedia mengangkat telepon hotline dari Seoul. Padahal, sambungan telepon kedua Korea sudah dipulihkan kembali pada 28 Juli lalu.
Kim Yo-jong, adik dari pemimpin Korut Kim Jong-un, menuduh Korsel telah melakukan "aksi pengkhianatan" karena menyetujui latihan militer gabungan dengan AS.
Seorang pejabat senior lainnya dari Korut memperingatkan bahwa latihan militer AS-Korsel dapat memicu "krisis keamanan serius" yang dapat merusak upaya pemulihan hubungan dua Korea.
AS menyiagakan sekitar 28.500 prajurit di Korsel, yang merupakan peninggalan dari Perang Korea di era 1953. Perang antar dua Korea hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Baca: Ketegangan di Semenanjung Korea Semakin Memanas
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News