Rabu kemarin, serangan roket di Kamp Taji menewaskan dua prajurit AS dan satu asal Inggris. Koalisi AS membalas kematian dengan melancarkan serangan udara terhadap sekelompok milisi yang didukung Iran di Irak.
Namun, serangan balasan AS itu diklaim otoritas Irak justru menewaskan tentara dan polisi lokal. Militer Irak memperingatkan AS untuk tidak menjadikan serangan di Kamp Taji sebagai alasan untuk melakukan tindakan tanpa seizin otoritas lokal.
Kamp Taji, berlokasi sekitar 15 kilometer dari Baghdad, menampung sejumlah pasukan asing dari koalisi AS. Misi pasukan asing ini adalah untuk melatih dan memberikan nasihat kepada personel militer Irak.
Komando Operasi Gabungan Irak mengatakan bahwa 33 roket Katyusha telah ditembakkan ke Kamp Baji sepanjang pekan ini. Tujuh peluncur roket dan 24 roket tak terpakai ditemukan di dekat lokasi serangan.
Hingga saat ini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kamp Taji.
Sebelumnya, seorang komandan AS mengatakan bahwa Kataib Hezbollah -- salah satu grup milisi dari Pasukan Mobilisasi Populer (PM) -- adalah pihak yang bertanggung jawab atas serangan di Kamp Taji.
AS telah menuduh Kataib Hezbollah yang didukung Iran atas 13 serangan di beberapa pangkalan militer Irak.
Tewasnya seorang warga sipil AS dalam serangan semacam itu pada Desember tahun lalu telah membuat Presiden Donald Trump memerintahkan pembunuhan jenderal asal Iran, Qassem Soleimani, dan juga komandan Kataib Hezbollah, Abu Mahdi al-Muhandis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News