Berbicara dalam sebuah konferensi pers di 100 hari pertamanya di Seoul, Yoon tidak menyinggung mengenai peluncuran rudal jelajah Korut, yang baru dilaporkan kemudian oleh militer Korsel.
Yoon hanya mengulangi tekadnya untuk memberikan bantuan ekonomi kepada Korut jika negara tetangganya itu bersedia mengakhiri program senjata nuklir dan memulai denuklirisasi. Ia menekankan bahwa dirinya selalu menyerukan dialog dengan Korut sejak awal kampanye kepresidenan.
"Segala bentuk dialog antar pemimpin Korsel dan Korut, atau negosiasi di level pejabat, tidak seharusnya dijadikan pertunjukan politik. Dialog harus berkontribusi terhadap pembangunan perdamaian substantif di Semenanjung Korea dan Asia," ungkapnya, dilansir dari Gulf Today.
Komentar terbaru Yoon dinilai sebagai bentuk kritik terhadap konferensi tingkat tinggi di masa lalu yang melibatkan pendahulunya, Moon Jae-in, pemimpin Korut Kim Jong-un, dan Presiden AS kala itu, Donald Trump.
Meski ketiga tokoh itu telah beberapa kali bertemu, tidak ada perkembangan berarti dalam upaya denuklirisasi di Semenanjung Korea. Dialog denuklirisasi tersenfat pada 2019, dan Korut menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mengakhiri program pertahanan dirinya.
Belakangan, AS dan Korsel khawatir bahwa Korut akan melakukan uji coba nuklir tahun ini. Jika itu terjadi, maka akan menjadi yang pertama sejak 2017.
Peluncuran rudal jelajah terbaru Korut dilakukan satu hari usai AS dan Korsel memulai fase persiapan latihan militer gabungan.
Baca: Korut Tembakkan 2 Rudal Jelajah Saat AS dan Korsel Siapkan Latihan Militer
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
