Ada pesan pengarusutamaan gender, yakni peran wanita dalam perdamaian dan toleransi, dalam perhelatan yang dimotori oleh Angklung Circle tersebut.
Kesuksesan konser ditandai permainan apik dari para pemain angklung yang merupakan para wanita internasional di ibu kota Australia, Canberra (Women’s International Club - Canberra). Mereka adalah warga Indonesia, Australia, Papua Nugini, Jepang, Korea, Singapura, Mongolia, Malaysia, Lebanon, Iran, dan Peru.
Artinya angklung semakin go international di benua Australia. Kesuksesan juga ditandai dengan hadirnya 110 warga internasional yang berkedudukan di Canberra. Mereka tidak saja menikmati konser angklung namun juga ikut bermain angklung, serta mencicipi hidangan-hidangan khas Indonesia.
Angklung Circle didirikan pada awal tahun ini oleh beberapa Pengurus Dharma Wanita Persatuan KBRI Canberra. Circle bertujuan memperkenalkan dan mempromosikan alat musik tradisional Indonesia tersebut.
Ketua Angklung Circle adalah Dr. Marsia Gustiananda Pramono. Dia juga menjadi wakil ketua Women’s International Club - Canberra.
"Dengan prinsip toleransi seperti itu, kami mempunyai banyak teman sehingga kami mempromosikan angklung ini tidak sendiri melainkan dengan bantuan teman-teman internasional seperti yang kami lakukan malam ini," ucap Dr Marsia, dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Senin, 27 November 2023.
Lebih lanjut, Dr. Marsia juga menjelaskan, "Kelompok ini sangat beragam namun kami bersatu untuk mempromosikan dan melestarikan warisan budaya dan kemanusiaan."
Para anggota Angklung Circle memang bukan pemusik professional, namun dibawah bimbingan pelatih angklung Muhammad Rubby Al Burhan, mereka berhasil mempersembahkan permainan angklung yang memukau para penonton.
Dalam konser ini selain beberapa lagu popular seperti “Can’t Help Falling in Love” dan “You are my sunshine”, ditampilkan pula lagu “Waltzing Matilda”, yang merupakan lagu khas Australia yang sangat terkenal.
Diplomasi Budaya
Konser ini juga dimeriahkan dengan permainan solo Dr. Marsia Pramono yang mengangklung-kan lagu “Bengawan Solo” dan “Ibu Kita Kartini”. Pada paruh kedua konser, para hadirin dibuai dengan permainan angklung “Somewhere My Love” dan ditutup dengan “I Have a Dream” ciptaan Mary Donnelly.Dengan lagu terakhir tersebut hadirin diajak untuk merenungkan kembali pentingnya perdamaian, sesuai dengan tema konser yang bertajuk “Angklung for Peace”. Pada sesi angklung interaktif, seluruh hadirin bersama-sama dipandu untuk memainkan lagu “Fly Me to the Moon” dan “Tanah Airku”. Dengan penuh antusias, para hadirin memainkan lagu-lagu tersebut dengan sangat baik.
Salah satu anggota Angklung Circle asal Singapura menuturkan bahwa dia dan keluarganya sangat menikmati keseluruhan acara malam itu. Dia juga senang karena akhirnya suami dan anak-anaknya juga dapat ikut mencoba memainkan angklung, sebuah instrumen musik yang menurutnya sangat menarik.
Promosi kebudayaan menjadi lebih lengkap dengan perkenalan kuliner Nusantara, antara lain nasi kuning, sate, gado-gado, mie Aceh, rendang, kue lapis, lemper, klepon, bubur ketan hitam, dan sebagainya.
Para hadirin menikmati hidangan di taman Wisma Duta, di sore hari yang sejuk di musim panas. Sajian khas tersebut diharapkan semakin memperkaya pengalaman kuliner para tamu undangan.
Duta Besar Indonesia untuk Australia, Dr. Siswo Pramono menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada Angklung Circle yang sukses menampilkan konser pertama mereka. Kesuksesan acara konser tersebut menunjukkan bahwa angklung dapat menjadi sarana diplomasi budaya yang efektif untuk mempromosikan Indonesia.
Baca juga: Gemuruh Suara Angklung Gemparkan Napoli
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id