Polisi dikerahkan untuk berpatroli di Taman Victoria di Hong Kong, tempat acara nyala lilin tahunan diadakan dalam beberapa tahun terakhir.
Saat polisi berpatroli di sana, termasuk dua stasiun kereta bawah tanah terdekat, mereka tidak segan menciduk orang-orang yang secara terbuka memperingati tragedi Tiananmen yang sudah memasuki usia 35 tahun.
Empat penangkapan dilakukan di Hong Kong, termasuk terhadap seorang perempuan berusia 68 tahun yang meneriakkan slogan-slogan. Wanita itu diduga melakukan pelanggaran "sehubungan dengan niat menghasut," yang dapat diancam hukuman hingga tujuh tahun penjara berdasarkan undang-undang keamanan dalam negeri, yang dikenal secara lokal sebagai Pasal 23.
Video dari media lokal menunjukkan seorang wanita itu berteriak, "Rakyat tidak akan lupa."
Dilansir dari VOA, Rabu, 5 Juni 2024, tiga orang lainnya juga ditangkap, termasuk seorang pria berusia 24 tahun dan wanita berusia 69 tahun karena diduga menyerang petugas polisi dan berperilaku tidak tertib. Satu lagi adalah pria berusia 23 tahun atas tuduhan penyerangan terhadap dua petugas keamanan.
Polisi mengatakan kepada VOA bahwa kedua pria yang ditangkap adalah warga negara Swiss dan Jepang.
"Sedangkan lima orang lainnya ditahan untuk diinterogasi karena dicurigai mengganggu ketenangan masyarakat, namun telah dibebaskan," kata polisi.
Petugas membawa pergi seorang pria lanjut usia yang memegang dua poster tulisan tangan yang mencantumkan gerakan demokrasi di Tiongkok daratan, Hong Kong, dan Taiwan di samping sebuah puisi untuk memperingati tragedi 4 Juni.
Selama bertahun-tahun, acara di Victoria Park telah menarik ribuan peserta. Pada puncaknya, 500.000 orang berkumpul untuk memperingati tindakan keras tersebut, menjadikan Hong Kong satu-satunya tempat di Tiongkok di mana peringatan 4 Juni dapat diadakan. Pada suatu waktu, ini juga merupakan acara peringatan Lapangan Tiananmen terbesar di dunia.
Namun kewaspadaan tersebut hilang setelah Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional tahun 2020 di Hong Kong sebagai tanggapan atas protes yang meluas dan terkadang disertai kekerasan pada 2019 terkait RUU ekstradisi yang kemudian dibatalkan. Langkah ini akan memungkinkan pihak berwenang untuk mengirim tersangka penjahat keuangan ke daratan untuk diadili.
Undang-undang tahun 2020 mengkriminalisasi pemisahan diri, subversi, kolusi dengan kekuatan asing, dan terorisme. Para kritikus mengatakan tindakan tersebut membatasi kebebasan Hong Kong, termasuk hak mengadakan acara seperti peringatan Tiananmen, yang terakhir diadakan pada 2019.
Tragedi Tiananmen merujuk pada peristiwa di saat pasukan pemerintah Tiongkok menembaki pengunjuk rasa pro-demokrasi yang dipimpin mahasiswa pada 4 Juni 1989. Diduga ribuan orang tewas dalam tragedi tersebut.
Baca juga: Warga Hong Kong Terancam Dipenjara Seumur Hidup Jika Khianti Negara
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News