Perbatasan Selandia Baru diperketat untuk kedatangan dari luar negeri./AFP
Perbatasan Selandia Baru diperketat untuk kedatangan dari luar negeri./AFP

Sedang Hamil, Jurnalis Selandia Baru Ditolak Masuk ke Negaranya Sendiri

Marcheilla Ariesta • 30 Januari 2022 20:18
Doha: Jurnalis Selandia Baru, Charlotte Bellis, menyoroti ketatnya kontrol perbatasan di negaranya sendiri. Jurnalis Al Jazeera ini mengatakan, permintaannya untuk masuk ke Negeri Kiwi ditolak.
 
Bellis mengaku sedang hamil, dan karena ditolak Selandia Baru, terpaksa harus tinggal di Afghanistan -- negara yang berada di bawah kekuasaan kelompok Taliban.
 
"Ketika Taliban menawarkan Anda - seorang perempuan hamil yang belum menikah - tempat berlindung, Anda tahu ada sesuatu yang salah," kata Bellis dalam wawancara dengan New Zealand Herald, Minggu, 30 Januari 2022.

Kasus Bellis memicu perdebatan sengit di media sosial mengenai aturan ketat Covid-19 Selandia Baru. Beberapa menyebutnya sebagai contoh "kekejaman birokrasi." Namun, sebagian lainnya membela sistem tersebut.
 
Bellis merupakan jurnalis untuk Al Jazeera di Afghanistan, di mana rekan fotografernya Jim Huylebroek juga bekerja di sana. Ia baru menyadari dirinya sedang hamil sampai kembali ke markas Al Jazeera di Doha, Qatar.
 
Sesuai aturan di Qatar, hamil namun tidak berada dalam status menikah merupakan sesuatu yang ilegal di Qatar. Oleh karena itu, Bellis merahasiakan kehamilannya di saat dirinya bersiap pulang ke Selandia Baru.
 
Namun ternyata Bellis mendapat informasi jika dirinya tidak memenuhi syarat untuk pengecualian di bawah kontrol perbatasan ketat Selandia Baru. Karena Afghanistan adalah satu-satunya tempat ia dan Huylebroek memiliki visa tinggal, Bellis menelepon kontak senior Taliban. Taliban kemudian membolehkan Bellis untuk melahirkan di Afghanistan.
 
"Kata mereka (Taliban), jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja," ucap Bellis.
 
Perbatasan Selandia Baru telah ditutup untuk orang asing sejak Maret 2020. Pemerintah menunda rencana pembukaan kembali secara bertahap dari pertengahan Januari hingga akhir Februari karena kekhawatiran tentang potensi wabah Omicron, seperti di negara tetangga Australia.
 
Negara berpenduduk 5 juta jiwa ini mencatat 15.910 kasus Covid-19 dengan 52 kematian sejak awal pandemi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan