Kebakaran terjadi Jumat 2 April pagi di sebuah pasar di kamp pengungsi Kutupalong di distrik selatan Bangladesh, Cox's Bazar. Ini adalah insiden kedua dalam 10 hari terakhir.
"Kami telah menemukan tiga mayat dari dalam toko-toko yang hancur," kata Abdullah, Wakil Asisten Direktur Dinas Pemadam Kebakaran dan Pertahanan Sipil Cox Bazar, kepada Anadolu, Jumat 2 April.
Kebakaran dilaporkan terjadi sekitar pukul 3:30 pagi waktu setempat dan dapat dikendalikan dalam waktu satu jam oleh anggota dinas pemadam kebakaran setempat dan penduduk Rohingya.
Identitas korban masih belum diketahui, sementara pihak berwenang sedang menyelidiki insiden tersebut.
"Kami telah menyerahkan jenazah ke polisi untuk dilanjutkan dengan otopsi," kata Abdullah, seraya menambahkan ketiga korban tewas adalah laki-laki dan sebagian besar diidentifikasi sebagai pekerja di toko-toko.
Dia mengatakan pihak berwenang sekarang sangat waspada setelah kebakaran besar terakhir di kamp-kamp sehingga jika terjadi kebakaran, mereka dapat segera mengendalikan penyebaran kobaran api.
Kebakaran mematikan juga terjadi pada 22 Maret. Peristiwa itu memusnahkan lebih dari 10.000 tenda di pemukiman pengungsi terbesar di dunia, yang terletak di Bangladesh serta menyebabkan sedikitnya 15 orang tewas dan lebih dari 550 terluka.
Setidaknya 45.000 Rohingya juga mengungsi setelah kebakaran, yang juga menghancurkan toko, pusat pembelajaran, rumah sakit Turki, klinik kesehatan, dan permukiman resmi lainnya.
Lebih dari 1,2 juta Rohingya sebagian besar melarikan diri dari penumpasan militer brutal di Negara Bagian Rakhine Myanmar pada Agustus 2017. Saat ini mereka tinggal di kamp-kamp darurat yang penuh sesak di Bangladesh yang menimbulkan risiko kebakaran karena banyak dari mereka menggunakan tabung gas untuk memasak.
Dalam beberapa insiden kebakaran sebelumnya di kamp-kamp Rohingya, tabung gas dilaporkan dianggap sebagai salah satu penyebab utama kebakaran dan penyebarannya yang cepat. Selama sebulan terakhir, api menyebar dengan cepat akibat ledakan tabung gas yang silih berganti, menurut saksi mata, yang juga mengklaim bahwa Rohingya tidak terbiasa menggunakan tabung gas.
Otoritas Bangladesh serta lembaga bantuan membantu Rohingya mendapatkan fasilitas gas untuk menyelamatkan kawasan hutan di dekatnya karena Rohingya telah menggunakan banyak kayu untuk memasak, yang mengancam keseimbangan ekologi di wilayah pusat wisata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id