Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Korea Utara meluncurkan rudal balistik dari wilayah ibu kotanya sekitar pukul 5:30 pagi pada Rabu.
Dikatakan bahwa rudal tersebut diluncurkan ke arah perairan timur Korea Utara, namun peluncuran tersebut diduga berakhir dengan kegagalan.
Militer Korea Selatan tidak segera menjelaskan mengapa mereka yakin peluncuran rudal Korea Utara gagal. Kementerian Pertahanan Jepang juga mengatakan, mereka mendeteksi dugaan rudal balistik dari Korea Utara.
Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan, rudal Korea Utara terbang sekitar 250 kilometer. Yonhap mengutip sumber militer Korea Selatan yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Korea Utara diyakini telah menguji coba rudal hipersonik yang sedang dikembangkan.
Media Jepang melaporkan proyektil Korea Utara jatuh di luar zona ekonomi eksklusif Jepang.
Peluncuran yang dilaporkan oleh Korea Utara juga terjadi beberapa jam setelah Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Utara menerbangkan balon-balon besar yang kemungkinan besar membawa sampah melintasi perbatasan selama dua hari berturut-turut.
Korea Utara telah melakukan serangkaian peluncuran balon pembawa sampah ke arah Korea Selatan sejak akhir bulan Mei sebagai respons balasan terhadap aktivis Korea Selatan yang menerbangkan selebaran politik melalui balon mereka sendiri. Pada 9 Juni, Korea Selatan secara singkat memulai kembali siaran propaganda dari pengeras suara perbatasannya untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun sebagai tanggapannya. Militer Korea Selatan mengatakan pada hari Senin bahwa mereka siap untuk menyalakan pengeras suara lagi.
USS Theodore Roosevelt tiba di Korea Selatan pada Sabtu dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menaiki kapal induk tersebut pada Selasa kemarin. Ia menjadi presiden Korea Selatan pertama yang menaiki kapal induk AS sejak 1994.
Yoon mengatakan kepada pasukan Amerika dan Korea Selatan di kapal induk tersebut bahwa aliansi negara mereka adalah yang terbesar di dunia dan dapat mengalahkan musuh mana pun. Dia menambahkan, kapal induk AS akan berangkat pada hari Rabu untuk mengikuti latihan Korea Selatan-AS-Jepang, yang dijuluki “Freedom Edge.”
Pelatihan ini bertujuan untuk mempertajam respons gabungan negara-negara tersebut di berbagai bidang operasi, termasuk udara, laut, dan dunia maya.
Wakil Menteri Pertahanan Korea Utara, Kim Kang Il, pada Senin menyebut pengerahan kapal induk AS “sembrono” dan “berbahaya.” Korea Utara sebelumnya telah mengadakan latihan besar-besaran ‘melawan’ AS dan Korea Selatan sebagai latihan invasi dan bereaksi dengan uji coba rudal.
Para pejabat Korea Selatan mengatakan, kedatangan kapal induk tersebut dimaksudkan untuk membantu Seoul mengatasi ancaman nuklir Korea Utara yang semakin intensif dan peningkatan kemitraan militernya dengan Rusia.
Dalam pertemuan puncak di Pyongyang pekan lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani perjanjian yang mengharuskan masing-masing negara memberikan bantuan jika diserang dan berjanji untuk meningkatkan kerja sama lainnya. Para pengamat mengatakan perjanjian tersebut mewakili hubungan terkuat antara kedua negara sejak berakhirnya Perang Dingin.
Amerika Serikat dan mitra-mitranya yakin Korea Utara telah menyediakan senjata konvensional yang sangat dibutuhkan Rusia untuk perang di Ukraina dengan imbalan bantuan militer dan ekonomi.
Peluncuran rudal yang dilaporkan oleh Korea Utara adalah demonstrasi senjata pertamanya sejak Kim Jong Un pada 30 Mei mengawasi penembakan beberapa peluncur roket berkemampuan nuklir untuk mensimulasikan serangan pendahuluan terhadap Korea Selatan. Latihan tersebut dilakukan beberapa hari setelah upaya Korea Utara untuk menempatkan satelit mata-mata keduanya ke orbit berakhir dengan kegagalan, dan roket yang membawa satelit tersebut meledak di udara segera setelah lepas landas.
Sejak 2022, Korea Utara telah secara tajam meningkatkan laju uji coba senjata untuk meningkatkan kemampuan serangan nuklirnya guna mengatasi apa yang mereka sebut sebagai ancaman militer AS yang semakin besar. Para pakar asing mengatakan Korea Utara pada akhirnya bermaksud menggunakan persenjataan nuklirnya yang lebih besar untuk merebut konsesi yang lebih besar dari AS ketika diplomasi dilanjutkan.
Baca juga: Citra Satelit Perlihatkan Korut Bangun 'Tembok' di Perbatasan dengan Korsel
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News