Militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan, Korea Utara menembakkan rudal ke laut di lepas pantai timurnya. Saat bersamaan, Pyongyang meminta Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk meninggalkan ‘standar ganda’ mereka pada program senjata untuk memulai kembali pembicaraan diplomatik.
Baca: Korea Utara Tembakkan 'Proyektil Tak Dikenal' ke Laut.
Pengembangan sistem senjata meningkatkan kemampuan pertahanan Korea Utara, kata KCNA, menggambarkan rudal hipersonik sebagai "senjata strategis".
Korea Utara terus mengembangkan sistem senjatanya di tengah kebuntuan pembicaraan yang bertujuan untuk membongkar persenjataan nuklir dan rudal balistiknya dengan imbalan keringanan sanksi AS. Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tidak mengawasi secara langsung peluncuran tersebut.
“Dalam uji peluncuran pertama, para ilmuwan pertahanan nasional mengonfirmasi kontrol navigasi dan stabilitas rudal,” kata laporan dari KCNA itu, seperti dikutip AFP, Rabu 29 September 2021.
“Rudal, yang disebut Hwasong-8, dilakukan uji coba untuk target teknisnya. Ini termasuk kemampuan manuver pemandu dan karakteristik penerbangan dari hulu ledak berpeluncur hipersonik,” jelas laporan tersebut.
Rudal seri Hwasong menggunakan mesin propelan cair, menurut Ankit Panda, seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.
"Ini adalah uji coba pertama rudal propelan cair di Korea Utara sejak November 2017," ujarnya dalam sebuah posting di Twitter.
Korout pekan lalu mengatakan pihaknya bersedia mempertimbangkan pertemuan puncak lain dengan Korea Selatan jika rasa saling menghormati antara tetangga dapat dijamin. Sikap itu ditunjukkan menyusul seruan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk sebuah deklarasi untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea 1950-1953.
Negosiasi denuklirisasi, yang diprakarsai antara mantan Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada 2018, telah terhenti sejak 2019.
Kedua Korea sama-sama melakukan uji tembak rudal balistik pada 15 September sebagai bagian dari perlombaan senjata di mana kedua negara telah mengembangkan senjata yang semakin canggih. Sementara upaya-upaya terbukti sia-sia untuk membuat pembicaraan berlangsung dalam meredakan ketegangan.
Pada Selasa, Majelis Rakyat Tertinggi Korea Utara (SPA), parlemen negara bagian yang terisolasi, bertemu untuk membahas kebijakan ekonomi nasional, pendidikan pemuda, dan masalah lainnya.
Parlemen Korea Utara jarang bertemu dan biasanya berfungsi untuk menyetujui keputusan tentang isu-isu seperti struktur pemerintahan dan anggaran yang telah dibuat oleh Partai Pekerja Korut yang berkuasa di negara bagian itu. Anggota dari partai itumerupakan mayoritas besar majelis.
Korea Utara belum melaporkan kasus covid-19 yang dikonfirmasi, tetapi telah memberlakukan penutupan perbatasan yang melumpuhkan. Mereka melarang sebagian besar perjalanan internasional dan sangat membatasi pergerakan di dalam negeri, melihat pandemi sebagai masalah kelangsungan hidup nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News