Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan bahwa pihaknya mendeteksi peluncuran dari daerah Sunan di Pyongyang antara pukul 03.30 dan 03.46 waktu setempat, dan kedua roket itu terbang sekitar 550 kilometer, sebelum kemudian jatuh ke laut.
JCS mengutuk peluncuran tersebut sebagai "tindakan provokasi signifikan" yang merusak perdamaian tidak hanya di Semenanjung Korea, tetapi juga di komunitas internasional. Peluncuran juga disebut sebagai pelanggaran "jelas" terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
"Militer kami akan mempertahankan postur kesiapan yang kuat berdasarkan kemampuan menanggapi setiap provokasi Korea Utara," kata JCS, dikutip dari laman Yonhap News Agency.
Peluncuran rudal terjadi setelah Korea Selatan dan AS mengadakan pertemuan perdana Nuclear Consultative Group (NCG) di Seoul sehari sebelumnya untuk mendukung kerja sama AS. Pertemuan tersebut memperluas komitmen pencegahan untuk menggunakan seluruh kapabilitas militer Washington, termasuk nuklir, untuk membela sekutu.
Pertemuan terjadi bertepatan dengan kedatangan kapal USS Kentucky di pangkalan angkatan laut utama di Busan, berlokasi sekitar 320 kilometer dari tenggara Seoul. Ini menandai kunjungan pelabuhan pertama oleh kapal selam strategis berkemampuan nuklir (SSBN) Amerika sejak USS Robert E. Lee pada Maret 1981.
Sebelumnya, Korea Utara telah menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat Hwasong-18 pada 12 Juli.
Baca juga: AS-Korsel-Jepang Gelar Latihan Rudal usai Peluncuran ICBM Korut
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News