Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol. (AFP)
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol. (AFP)

Balon Sampah Picu Ketegangan, Korsel Tangguhkan Pakta Militer dengan Korut

Willy Haryono • 04 Juni 2024 14:23
Seoul: Korea Selatan menangguhkan pakta militer yang telah disepakati dengan Korea Utara di tahun 2018. Penangguhan dilakukan atas persetujuan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol pada Selasa, 4 Juni 2024.
 
Ini merupakan tanggapan Seoul atas pengiriman balon berisi sampah oleh Pyongyang sepanjang pekan lalu.
 
Kesepakatan militer antar-Korea, yang ditandatangani saat kedua negara berada di periode yang relatif hangat, sebagian besarnya sudah tidak berlaku. Korsel telah menangguhkannya sebagian tahun lalu, sebagai tanggapan atas Korut yang mengirim satelit mata-mata ke orbit. Kala itu, Korut menegaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak akan menghormati pakta militer tersebut.

Sejumlah pejabat keamanan Korsel mengatakan bahwa menghormati beberapa bagian pakta militer justru menghambat kemampuan mereka dalam mempertahankan diri dari provokasi negara tetangga, termasuk aksi mengirim hampir 1.000 balon berisi sampah pekan lalu.
 
Presiden Yoon "baru saja menyetujui 'Proposal Penangguhan Perjanjian Militer 19 September (2018),'" yang telah ditandatangani kabinet, kata kantornya dalam sebuah pernyataan.
 
Persetujuan dari Yoon dapat diartikan bahwa pakta militer dengan Korut langsung ditangguhkan tanpa penundaan.
 
Langkah tersebut akan memungkinkan Korea Selatan untuk melanjutkan latihan militer dengan amunisi sungguhan di area perbatasan. Korsel juga dapat memulai kembali kampanye propaganda dengan menggunakan pengeras suara di sepanjang perbatasan dengan Korea Utara.
 
Korea Selatan telah menggunakan kampanye pengeras suara — yang dianggap sebagai taktik perang psikologis yang dimulai sejak Perang Korea 1950-53 — sebagai tindakan balasan terhadap apa yang dianggapnya sebagai provokasi serius Korea Utara.
 
Korea Selatan terakhir kali menggunakannya di tahun 2016, setelah Pyongyang melakukan uji coba nuklir keempatnya. Pengeras suara kemudian dimatikan beberapa hari sebelum pertemuan puncak antar-Korea yang bersejarah di tahun 2018, di mana disepakatinya sebuah pakta militer untuk mengurangi ketegangan.
 
Kampanye pengeras suara Korea Selatan menggunakan megafon besar untuk menyiarkan berbagai hal, mulai dari musik K-pop hingga propaganda anti-rezim Korut ke wilayah dekat zona demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua negara.
 
Suara dari megafon Korsel membuat Korut marah, yang sebelumnya mengancam akan melakukan serangan artileri terhadap pengeras suara kecuali jika alat tersebut dimatikan.
 
Pyongyang mengatakan balon sampah tersebut merupakan balasan atas pamflet propaganda yang dikirim ke utara oleh sejumlah aktivis Korea Selatan.
 
Baca juga:  Pembelot Korut Bakal Balas Kirim Balon Isi USB Drakor ke Pyongyang
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan