Mengutip dari AFP, Yutaka Katsuta dari Kantor Meteorologi Lokal Kofu mengatakan, fenomena langka ini adalah rekor pertama kalinya Gunung Fuji tak bersalju sejak pencatatan dimulai 130 tahun lalu, tepatnya pada tahun 1894.
Katsuta menambahkan, rekor sebelumnya adalah pada tanggal 26 Oktober, yang terlihat dua kali pada 1955 dan sekali lagi pada 2016.
Biasanya, lapisan salju mulai menghiasi puncak Gunung Fuji pada awal Oktober di setiap tahunnya. Namun, tahun ini, suhu yang lebih hangat menunda turunnya salju di Gunung Fuji yang menandai periode terpanjang tanpa salju dalam sejarah pengamatan iklim.
Penyebab di balik keterlambatan turunnya salju di Gunung Fuji ini masih menjadi bahan penelitian para ilmuwan. Mereka mengamati kondisi iklim lokal dan global, termasuk potensi pengaruh perubahan iklim.
Baca juga: Mengenal Omakase: Pengalaman Kuliner Eksklusif dari Jepang |
Jepang baru-baru ini mengalami musim panas yang ekstrem, menyamai rekor panas global yang terjadi pada tahun 2023. Gelombang panas ekstrem melanda berbagai belahan dunia, termasuk Jepang.
Para ilmuwan menduga bahwa perubahan iklim mungkin menjadi penyebab keterlambatan turunnya salju di Gunung Fuji. Kondisi ini menjadi pengingat akan dampak nyata perubahan iklim pada lingkungan.
Fenomena Gunung Fuji yang tidak bersalju merupakan pengingat penting akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengambil tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Perubahan iklim dapat berdampak serius pada ekosistem dan kehidupan manusia, termasuk objek wisata alam seperti Gunung Fuji.
Meskipun tidak bersalju, Gunung Fuji tetap menjadi simbol kebanggaan dan keajaiban alam yang menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya. Puncaknya yang ikonik akan selalu menginspirasi kekaguman dan menjadi pengingat akan keindahan dan keunikan alam di Jepang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di