Uzbekistan adalah negara kedua setelah Gambia yang menghubungkan kematian beberapa anak dengan sirup obat batuk buatan India.
Kementerian Kesehatan Uzbekistan mengatakan, dalam sebuah pernyataan pada 27 Desember 2022 bahwa anak-anak dengan penyakit pernapasan akut mengonsumsi beberapa dosis sirup Dok-1 Max yang diproduksi oleh pembuat obat India Marion Biotech.
Dikatakan studi laboratorium awal menunjukkan sampel sirup mengandung etilen glikol, yang disebutnya ‘beracun’. Etilena glikol adalah zat cair sintetik yang digunakan sebagai campuran murah dalam propilen glikol, yang merupakan pelarut dalam sirup obat batuk.
Baca: 18 Anak di Uzbekistan Meninggal Usai Konsumsi Obat Batuk Sirup dari India. |
Sementara Kementerian Kesehatan Uzbekistan tidak memberikan perincian kapan kematian itu terjadi, portal berita Podrobno.uz melaporkan bahwa mereka terjadi di wilayah Samarkand pada bulan Desember dan anak-anak itu masih berusia satu tahun.
“Semua anak diberikan obat tanpa resep dokter,” kata Kementerian Kesehatan Uzbekistan.
"Selama dua-tujuh hari, tiga-empat kali sehari, 2,5-5ml (setiap kali), yang melebihi dosis standar obat untuk anak-anak", tambahnya.
Layanan Keamanan Negara Uzbekistan membuka kasus kriminal atas kematian tersebut, bahkan ketika Kementerian Kesehatan India mengatakan bahwa pejabat dari Organisasi Pengawasan Standar Narkoba India (CDSCO) melakukan kontak rutin dengan regulator obat nasional Uzbekistan sejak Selasa.
Menteri Kesehatan India Mansukh Mandaviya men-tweet bahwa sampel sirup obat batuk telah diambil dari unit manufaktur Marion Biotech di Noida, sebuah kota satelit Delhi, dan dikirim untuk pengujian.
“Segera setelah menerima informasi, pemeriksaan bersama fasilitas Noida Marion Biotech dilakukan oleh Pengawas Obat Uttar Pradesh dan tim CDSCO. Tindakan lebih lanjut yang sesuai akan dimulai berdasarkan laporan inspeksi,” kata Mandaviya, seperti dikutip Channel News Asia, Jumat 30 Desember 2022.
Pihak Noida mengatakan kepada media India bahwa pembuatan sirup obat batuk telah dihentikan dan sedang menunggu hasilnya. Perusahaan tersebut menyatakan di halaman LinkedIn-nya bahwa mereka mengekspor produknya mulai dari obat-obatan hingga produk herbal dan kosmetik ke Asia Tenggara dan wilayah lainnya.
Kematian di Uzbekistan terjadi pada saat India -,yang dikenal dengan kehebatan manufaktur farmasi dalam menyediakan obat-obatan yang terjangkau,- telah berjuang untuk melindungi reputasinya menyusul kematian 70 anak di Gambia setelah mengonsumsi sirup obat batuk yang dibuat oleh produsen India Maiden Pharmaceuticals.
India telah berselisih dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atas kematian Gambia. Mereka engatakan organisasi tersebut secara prematur menyalahkan sirup obat batuk buatan India untuk kasus tersebut. Selain itu, belum memberikan perincian untuk menetapkan hubungan antara sirup dan kematian tersebut.
Somani, mengatakan sampel sirup ditemukan "sesuai dengan spesifikasi" bahkan ketika komite parlemen Gambia merekomendasikan penuntutan terhadap produsen India.
Dikatakan juga bahwa anak-anak meninggal karena cedera ginjal akut terkait dengan konsumsi produk medis yang terkontaminasi.
WHO mencatat bahwa obat-obatan di Gambia memiliki kadar etilen glikol dan dietilen glikol yang tinggi, kontaminan lain seperti etilen. Perusahaan membantah melakukan kesalahan. India adalah produsen obat terbesar ketiga di dunia dan telah membangun reputasi sebagai apotek dunia, yang menyediakan obat berkualitas tinggi dan murah untuk berbagai penyakit.
Menurut sebuah laporan memenuhi 50 persen hingga 60 persen permintaan global untuk banyak vaksin, termasuk obat antiretroviral yang terjangkau, 40 persen obat generik yang dikonsumsi di Amerika Serikat, dan 25 persen dari semua obat yang dibagikan di Inggris. Namun, sektor farmasi juga menghadapi masalah regulasi termasuk kurangnya pengawasan.
Di India, kematian sekali lagi menyoroti mekanisme pengaturan di tengah seruan untuk penyelidikan yang transparan.
“India memasok banyak produk medis dan vaksin. Dua insiden berturut-turut merupakan penyebab alarm,” kata Dr Anant Bhan, seorang peneliti kesehatan dan etika global, kepada The Straits Times.
Sistem regulasi kualitas yang baik memperhatikan keluhan, dan mencari tahu apakah ada kesenjangan. Pemerintah India mengatakan menangani masalah ini dengan sangat serius.
"Industri farmasi India telah menjadi pemasok yang dapat diandalkan untuk negara-negara di seluruh dunia dan saya pikir kami menanggapi dengan sangat serius insiden seperti itu ketika muncul," pungkas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arindam Bagchi.
(Mustafidhotul Ummah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id