Peluncuran terbaru dilakukan pada Minggu malam di Kennedy Space Center di Florida, atau Senin pagi di Seoul, seperti disampaikan Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam siaran pers.
Satelit tersebut dibawa dengan roket Falcon 9 yang dioperasikan oleh SpaceX milik Elon Musk dan berhasil memasuki orbit sekitar 45 menit setelah peluncuran.
“Pesawat tersebut kemudian berhasil berkomunikasi dengan stasiun bumi,” kata kementerian, dilansir dari UPI, Senin, 8 April 2024.
Selain peningkatan kapasitas pengawasan, satelit ini akan meningkatkan sistem "Kill Chain" Korea Selatan. Kill Chain adalah bagian dari strategi pencegahan tiga cabang yang menyerukan serangan pencegahan terhadap rudal-rudal Korea Utara, dan mungkin kepemimpinannya, jika terjadi potensi serangan.
Peluncuran hari Senin ini menandai peluncuran kedua dari lima satelit pengintai militer yang dikontrak Seoul dengan SpaceX untuk ditempatkan ke orbit pada 2025. Korea Selatan meluncurkan satelit pertamanya dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg di California pada 1 Desember, kurang dari dua minggu setelah Korea Utara menempatkan satelit mata-mata perdananya sendiri ke orbit.
Satelit baru ini dilengkapi dengan radar aperture sintetis, atau SAR, yang dapat menangkap gambar pada malam hari dan dalam kondisi cuaca apa pun, kata pejabat pertahanan.
Teknologi Satelit Korea Selatan
“Dengan keberhasilan peluncuran ini, militer kami semakin memperkuat kemampuan pengawasan dan pengintaian berbasis ruang angkasa,” kata Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Won-sik setelah menyaksikan siaran langsung peluncuran tersebut di kantor pusat kementerian.“Sekarang, bahkan dalam cuaca buruk, pemantauan seluruh Korea Utara dapat dilakukan dengan jelas dan tepat,” sambung Shin.
Korea Utara pekan lalu mengumumkan rencana untuk meluncurkan beberapa satelit mata-mata lagi pada tahun ini, di tengah kekhawatiran atas meningkatnya hubungan militer dengan Rusia.
Washington dan sekutu-sekutunya mengatakan bahwa Pyongyang mengirimkan artileri dan peralatan ke Rusia untuk perangnya di Ukraina, sementara Korea Utara diyakini akan menerima teknologi canggih untuk program luar angkasa dan misilnya sebagai imbalan.
Shin mengatakan bahwa teknologi satelit Korea Selatan jauh lebih unggul dibandingkan Korea Utara dan berjanji bahwa peluncuran mendatang akan semakin memperlebar kesenjangan dalam perlombaan antariksa.
“Pada tahun depan, kami berencana meluncurkan satelit pengintaian militer lanjutan dan satelit ultra-kecil yang saat ini sedang dikembangkan,” katanya. “
“Kita akan memiliki keunggulan intelijen yang luar biasa yang tidak dapat dibandingkan dengan Korea Utara,” pungkas Shin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News