Dilansir dari BBC News, Selasa, 28 Desember 2021, Missionaries of Charity memiliki ribuan biarawati yang mengawasi berbagai proyek seperti pembangunan rumah untuk anak-anak telantar, sekolah, klinik, dan panti jompo.
Pekan kemarin di hari raya Natal, Kementerian Dalam Negeri India memutuskan untuk tidak memperbarui lisensi Missionaries of Charity atas alasan adanya "input-input yang merugikan."
Kelompok garis keras Hindu sejak lama menuduh badan amal itu menggunakan programnya untuk mengubah warga menjadi Kristen. Missionaries of Charity membantah keras tuduhan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin kemarin, Missionaries of Charity mengonfirmasi bahwa aplikasi pembaruan lisensi telah ditolak Pemerintah India. Missionaries of Charity tidak akan mengoperasikan akun pendanaan asing lagi "sampai masalah tersebut diselesaikan."
Sebelumnya, Kepala Menteri Benggala Barat, Mamata Banerjee, menuai kritik setelah menuliskan di Twitter bahwa pemerintah telah membekukan rekening Missionaries of Charity. Namun, pemerintah India membantah adanya pembekuan rekening.
Missionaries of Charity, badan amal yang berbasis di Kolkata, didirikan pada 1950 oleh Bunda Teresa, seorang biarawati Katolik Roma yang pindah ke India dari negara asalnya Makedonia. Ini merupakan salah satu badan amal Katolik paling terkenal di dunia.
Pada 1979, Bunda Teresa dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian untuk pekerjaan kemanusiaannya. Ia dinyatakan sebagai orang suci oleh Paus Fransiskus pada 2016, tepat 19 tahun setelah kematiannya.
Baca: Paus Fransiskus Akui Keajaiban dari Bunda Teresa
Pemerintahan India di bawah Perdana Menteri India, Narendra Modi, selama ini dinilai berusaha menghentikan aliran dana asing ke sejumlah badan amal dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di seantero negeri. Tahun ini, berbagai pembatasan yang diterapkan Modi berujung pada pembekuan rekening bank milik Greenpeace dan Amnesty International.
Di bawah pemerintahan Modi, terdapat beberapa serangan terhadap minoritas agama di seluruh India. Menurut Evangelical Fellowship of India, serangan terjadi di negara bagian selatan Karnataka, dengan hampir 40 laporan terkait ancaman atau kekerasan.
Beberapa kelompok masyarakat sipil beragama Hindu pernah mengganggu perayaan Natal di sejumlah wilayah tahun ini. Mereka memprotes acara keagamaan Kristen dan merusak sebuah gereja di India Utara.
Mayoritas penduduk India beragama Hindu. Namun, terdapat sekitar 24 juta orang Kristen di negara tersebut, atau sekitar dua persen dari total populasi. India juga merupakan rumah bagi komunitas Katolik terbesar kedua di Asia setelah Filipina.
Otoritas India di bawah Modi disebut-sebut berusaha menghentikan dugaan adanya kampanye untuk mengubah umat Hindu menjadi Kristen atau Islam.
Baru-baru ini, beberapa negara bagian yang diperintah Partai Bharatiya Janata (BJP) meloloskan, atau tengah mempertimbangkan untuk mengesahkan undang-undang yang melarang pindah agama untuk keperluan menikah. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News