Kim Jong-un saat melakukan pertemuan dengan Donald Trump di Singapura pada 11 Juni 2018. Foto: AFP
Kim Jong-un saat melakukan pertemuan dengan Donald Trump di Singapura pada 11 Juni 2018. Foto: AFP

Menlu Korut Sebut Hubungan AS dan Negaranya Suram

Fajar Nugraha • 12 Juni 2020 11:59
Pyongyang: Setelah dua tahun pertemuan puncak penting antara pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, harapan untuk meningkatkan hubungan telah berubah menjadi keputusasaan.
 
Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Korut Ri Son Gwon kepada kantor berita KCNA. Trump dan Kim bertemu di Singapura pada 12 Juni 2018 yang pertemuan puncak pertama antara para pemimpin kedua negara.
 
Tetapi negosiasi mengenai program nuklir Korut telah menemui jalan buntu sejak jatuhnya pertemuan Trump-Kim kedua di Hanoi, Vietnam tahun lalu ketika Pyongyang rela menyerah sebagai imbalan atas bantuan sanksi.

Menlu Ri mengatakan, sementara orang-orang di kedua negara menginginkan perdamaian, Washington ‘hanya ingin memperburuk situasi.’
 
"Apa yang menonjol adalah bahwa harapan untuk meningkatkan hubungan Korut-AS kini telah bergeser ke dalam keputusasaan yang ditandai dengan kemunduran yang semakin meningkat," kata Ri dalam pernyataan kepada KCNA, seperti dikutip Channel News Asia, Jumat, 12 Juni 2020.
 
"Bahkan sinar tipis optimisme untuk perdamaian dan kemakmuran di semenanjung Korea telah memudar menjadi mimpi buruk yang gelap," tambah Ri.
 
Menlu RI mengatakan negara itu telah memutuskan untuk meningkatkan upaya sistem pertahanan nuklir nasionalnya ‘untuk mengatasi ancaman perang nuklir AS yang tak tertahankan.’
 
Ri melanjutkan dengan merinci apa yang dia sebut keputusan ‘tekad bulat’ oleh Pyongyang untuk meningkatkan hubungan. Itu termasuk melakukan moratorium pengujian nuklir, pembongkaran situs uji coba Punggye-ri utama dan pemulangan sisa-sisa jasad tentara AS dari Perang Korea.
 
Tetapi pada 1 Januari tahun ini, Kim Jong-un mengumumkan diakhirinya pelarangan uji nuklir.
 
Pyongyang dikenai beberapa sanksi Dewan Keamanan PBB atas program senjata yang dilarang, tetapi telah melakukan serangkaian tes dalam beberapa bulan terakhir. Mereka sering menggambarkan uji tersebut sebagai sistem peluncuran roket ganda, meskipun Jepang dan Amerika Serikat menyebutnya sebagai rudal balistik.
 
"AS mengaku sebagai advokat untuk meningkatkan hubungan dengan DPRK, tetapi pada kenyataannya, sangat bergantung pada hanya memperburuk situasi," kata Ri dalam pernyataan yang dibawa oleh KCNA.
 
"Akibatnya, Semenanjung Korea kini telah berubah menjadi hotspot paling berbahaya di dunia yang dihantui tanpa henti oleh hantu perang nuklir,” pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan