Penasihat Hubungan Politik dan Organisasi Internasional di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul, Riza Hera Wardhana mengatakan, strategi baru Korea Selatan untuk Indo-Pasifik dinantikan oleh komunitas internasional.
"Cakupan kerja sama Indo-Pasifik sangat luas dibandingkan New Southern Policy (NSP). Kita lihat kebijakan ini tidak hanya mencakup ASEAN, India, serta Australia dan New Zealand. Bahkan Amerika Serikat dan Eropa juga masuk. Saya pikir kebijakan ini memang sangat ditunggu-tunggu oleh dunia internasional," ujarnya.
Dalam workshop ke-5 Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF), Riza mengatakan, kebijakan baru Indo-Pasifik dari Korea Selatan membuka peluang kerja sama dengan ASEAN dan RI.
Indonesia, kata dia, tentu punya peran yang penting dalam hal ini. Pasalnya, RI memiliki hubungan bilateral yang terjalin lama dengan Korea Selatan dan menjabat sebagai Ketua ASEAN pada 2023.
"Ada banyak ketertarikan yang sama di antara dua negara," kata Riza. Apalagi, kata dia, tahun depan akan menjadi perayaan 50 tahun hubungan bilateral antara RI-Korsel.
Salah satu yang harus dilakukan adalah memperkuat "soft diplomacy", melalui pendekatan sosial dan budaya, yang selama ini sudah terjalin. Riza mengatakan, penting bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Indo-Pasifik untuk memahami bahwa perdamaian dan stabilitas diperlukan untuk kehidupan mereka.
Ia melihat, politik bebas aktif Indonesia bisa diterapkan untuk berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Hal ini disampaikan untuk menepis keraguan akan perdamaian di kawasan, setelah melihat 'konflik pribadi' antara Amerika Serikat dan Tiongkok di Laut China Selatan.
"Presiden Joko Widodo berulang kali menekankan sikap bebas aktif di mata dunia, salah satunya menggunakan pendekatan dialog dan perdamaian. Presidensi G20 sudah membuktikan bahwa Indonesia tidak memihak dan mengedepankan dialog untuk mencari solusi dari sebuah masalah," ungkapnya.
Ia menambahkan, kerja sama antara RI-Korsel berpotensi berjalan mulus di masa depan lantaran kedua negara tidak memiliki sejarah yang negatif.
Sementara itu, di mata Korea Selatan, kerja sama dengan Indonesia untuk Indo-Pasifik terbuka pada kesembilan area prioritas dari strategi barunya. Terutama pada area yang juga dipandang penting oleh Indonesia seperti kontraterorisme dan kerja sama yang komprehensif dalam bidang keamanan, khususnya pada keamanan siber dan maritim.
Dalam kesempatan yang sama, diplomat Korea Selatan di Indonesia, Choi Shin-hye menilai kedua negara dapat memperkuat kerja sama dalam bidang sains dan teknologi. Terlebih, katanya, Indonesia sangat menaruh perhatian pada transformasi digital.
Transformasi digital ini menjadi salah satu isu pada Presidensi G20 Indonesia. "Kita bisa memulai dari area-area yang memiliki persamaan itu, lalu memperluas kerja sama," kata Choi.
Kebijakan tersebut dapat dikatakan sebagai pengganti The New Southern Policy (NSP) yang dipopulerkan oleh Presiden Korsel periode sebelumnya, Moon Jae-in.
Pandangan bersama dan kerja sama yang lebih kuat antara Indonesia dengan Korea Selatan soal Indo-Pasifik sangat dinanti. Terlebih, hubungan bilateral kedua negara akan berusia setengah abad pada 2023.
Baca juga: Korsel akan Gandeng ASEAN untuk Jalankan Strategi Baru Indo-Pasifik
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News