Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Abdul Mateen Qani mengatakan bahwa "seorang bersenjata tak dikenal menembaki jamaah sipil di sebuah masjid" di distrik Guzara, Provinsi Herat. Mereka menyerbu pada Senin 29 April 2024 sekitar pukul 21.00.
“Enam warga sipil menjadi martir dan satu warga sipil terluka,” tulisnya di platform media sosial X pada Selasa 30 April 2024, seperti dikutip dari AFP.
Penduduk setempat mengatakan, masjid tersebut melayani komunitas minoritas Syiah di sebuah distrik di selatan ibukota provinsi, kota Herat, dan imam serta seorang anak berusia tiga tahun termasuk di antara mereka yang terbunuh.
Mereka juga mengatakan, sebuah tim yang terdiri dari tiga pria bersenjata melancarkan serangan tersebut, yang bertentangan dengan pernyataan resmi.
“Salah satu dari mereka berada di luar dan dua lainnya masuk ke dalam masjid, menembak para jamaah,” kata Ibrahim Akhlaqi, 60 tahun, saudara laki-laki imam yang terbunuh.
“Itu terjadi di tengah-tengah saat warga tengah salat,” ungkap Akhlaqi.
“Siapa pun yang berada di masjid telah menjadi martir atau terluka,” tambah Sayed Murtaza Hussaini, 23 tahun.
Ancaman ISIS
Meskipun tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, cabang regional dari kelompok Islamic State (ISIS) adalah ancaman keamanan terbesar di Afghanistan dan sering kali menargetkan komunitas Syiah.Pemerintah Taliban telah berjanji untuk melindungi agama dan etnis minoritas sejak kembali berkuasa pada Agustus 2021, namun para pemantau hak asasi manusia mengatakan mereka tidak berbuat banyak untuk menepati janji tersebut.
Serangan paling terkenal yang terkait dengan ISIS sejak pengambilalihan Taliban terjadi pada tahun 2022, ketika setidaknya 53 orang –,termasuk 46 anak perempuan dan perempuan muda,– terbunuh dalam bom bunuh diri di sebuah pusat pendidikan.
Para pejabat Taliban menyalahkan ISIS atas serangan yang terjadi di lingkungan Syiah di ibu kota Kabul.
Penguasa baru Afghanistan mengklaim telah mengusir ISIS dari negaranya dan sangat sensitif terhadap anggapan bahwa kelompok tersebut telah menemukan tempat berlindung yang aman di sana sejak penarikan pasukan asing.
Pihak berwenang Taliban sering kali memberikan jumlah korban jiwa yang lebih rendah dibandingkan sumber lain setelah pemboman dan serangan senjata, atau meremehkannya, sebagai upaya untuk meminimalkan ancaman keamanan.
Sebuah laporan Dewan Keamanan PBB yang dirilis pada bulan Januari mengatakan terjadi penurunan serangan ISIS di Afghanistan karena “upaya kontra-terorisme yang dilakukan Taliban”.
Namun laporan tersebut mengatakan bahwa ISIS masih memiliki rekrutmen substansial di negara tersebut dan bahwa kelompok militan tersebut memiliki “kemampuan untuk memproyeksikan ancaman ke wilayah tersebut dan sekitarnya”.
Cabang ISIS yang tersebar di Afghanistan, Pakistan dan Asia Tengah mengaku bertanggung jawab atas serangan bulan Maret di tempat konser Balai Kota Crocus di Moskow, yang menewaskan lebih dari 140 orang.
Ini merupakan serangan paling mematikan di Rusia dalam dua dekade terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News