Profesor Studi Internasional Korea University Andrew Kim. Foto: FPCI
Profesor Studi Internasional Korea University Andrew Kim. Foto: FPCI

K-Wave Bantu Pertumbuhan Ekonomi Korsel Melejit

Marcheilla Ariesta • 22 Desember 2022 16:22
Jakarta: Fenomena Korean Wave (K-Wave) atau yang kerap dikenal dengan sebutan Hallyu memang bukan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Korea Selatan (Korsel). Tapi, fenomena ini membuka jalan bagi industri lainnya di Korea untuk membuat produk yang menarik bagi pasar internasional.
 
"Kesuksesan Hallyu terkait erat dengan kesuksesan ekonomi Korea Selatan yang bertumbuh pesat. Hallyu memungkinkan pengusaha Korea untuk membuat produk yang menarik dan berkualitas tinggi," kata Profesor Andrew Kim, yang merupakan Profesor Studi Internasional Korea University dalam diskusi bersama media di program Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea bersama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundarion (KF).
 
"Dalam hal ini, Hallyu tidak hanya dapat dikatakan sebagai fenomena budaya, tapi juga fenomena ekonomi dan industri," sambungnya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Ia mengatakan, memang ada korelasi langsung antara kekuatan ekonomi suatu bangsa dan jangkauan budayanya. Menurutnya, kemakmuran ekonomi Korea jelas terlihat karena soft power meningkat berkat K-Wave itu sendiri.
 
Kim mengatakan, Korsel menjadi ekonomi terbesar ke-10 di dunia dengan total PDB lebih dari USD1,8 triliun. Nama-nama seperti Samsung, LG dan Hyundai menjadi pemain besar dalam pertumbuhan ini.
 
Namun, nama-nama itu juga turut 'menumpang' pada kesuksesan K-Wave. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya mobil atau ponsel dan barang rumah tangga yang dikeluarkan ketiga merk itu di drama Korea atau dipakai para idol.
 
"Pemerintah Korea sangat percaya, minat yang meningkat pada budaya populer Korea di luar negeri dapat menguntungkan sektor ekspor negara tersebut," ungkap Kim.

Dampak negatif Hallyu

Meskipun membawa perkembangan positif bagi Korea Selatan, Hallyu rupanya memiliki dampak negatif juga. Salah satunya adalah orang di luar Korea memiliki gambaran bahwa gaya hidup di negara itu sangat mewah seperti yang terlihat dari gambar.
 
Salah satu dampak lainnya adalah perempuan dan anak perempuan yang distereotipkan dalam drama, bergantung pada laki-laki. Begitu pula dengan peningkatan permintaan operasi plastik di banyak negara Asia agar terlihat cantik dan menarik seperti para aktor dan idol.
 
"Selain itu, bentuk tubuh idola perempuan yang kecil menjadi 'panutan' bagi perempuan lainnya. Ada penelitian yang menemukan bahwa 1 dari 3 perempuan Korea diperkirakan mengalami gangguan makan," ujar Kim.

Hallyu jadi alat diplomasi?

Bisakah Hallyu menjadi alat diplomasi? Tentu saja bisa, dan masuk dalam diplomasi budaya. Dan pemerintah Korea Selatan, kata Kim, berinvestasi besar-besaran di dalamnya.
 
"Hallyu dapat menginformasikan dunia luar tentang budaya Korea dan berfungsi agar orang dapat memahami budaya Korea. Hallyu juga menjadi kekuatan soft power di tingkat pemerintahan untuk memajukan Korea Selatan," pungkasnya.
 
(FJR)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif