Guyuran hujan deras dan mencairnya gletser di area pegunungan utara telah memicu banjir dahsyat di Pakistan, menewaskan hampir 1.400 orang dan merusak banyak rumah, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan tanaman pangan.
Banyak wilayah di Pakistan terendam banjir, dan ratusan ribu warga terpaksa mengungsi dari rumah mereka masing-masing. Pemerintah Pakistan mengatakan bahwa bencana banjir kali ini berdampak pada sekitar 33 juta warga, dengan estimasi kerugian mencapai USD30 miliar.
Pemerintah Pakistan dan Guterres sama-sama mengaitkan bencana banjir ini dengan perubahan iklim.
"Pakistan dan negara-negara berkembang lainnya telah membayar harga mahal atas negara-negara penghasil emisi yang terus menggunakan bahan bakar fosil," kata Guterres via Twitter, beberapa saat sebelum meninggalkan ibu kota Pakistan menuju area terdampak banjir.
"Dari Islamabad, saya menyampaikan seruan global: hentikan kegilaan ini. Segera investasi di energi terbarukan sekarang juga. Hentikan perang dengan alam," tegasnya, dikutip dari laman The National News.
Guterres mengunjungi provinsi Sindh dan melihat beberapa area terdampak banjir. Dari sana, ia terbang ke wilayah bencana lainnya di Balochistan di wilayah barat.
Saat berada di Sindh, Guterres mengaku tersentuh saat mendengar dan melihat deksripsi mendetail mengenai tragedi banjir Pakistan. Ia menegaskan bahwa Pakistan membutuhkan bantuan darurat, termasuk finansial dalam jumlah besar.
"Ini bukan masalah kemurahan hati. Ini masalah keadilan," ungkap Guterres.
Baca: Sepertiga Wilayah Pakistan Terendam Air, Banjir Bentuk Danau Besar
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News