Warga hendak berbelanja ke supermarket di tengah pemberlakuan lockdown di Sydney, Australia, 9 Juli 2021. (Saeed KHAN / AFP)
Warga hendak berbelanja ke supermarket di tengah pemberlakuan lockdown di Sydney, Australia, 9 Juli 2021. (Saeed KHAN / AFP)

Lockdown Sydney Diyakini Berlanjut Hingga Agustus

Willy Haryono • 10 Juli 2021 10:03
Sydney: Hari ini, Sabtu, 10 Juli 2021, warga Sydney seharusnya sudah terbebas dari kebijakan penguncian (lockdown) Covid-19. Namun kenyataannya lockdown di Sydney, ibu kota negara bagian New South Wales (NSW), Australia, diperpanjang dan baru akan berakhir pekan depan.
 
NSW mencatat tambahan 50 kasus lokal Covid-19 dalam 24 jam terakhir hingga Jumat malam. Saat ini, ada 47 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, 16 di unit perawatan intensif, dan lima yang dipasangi ventilator.
 
Premier NSW Gladys Berejiklian mengingatkan bahwa situasi terburuk mungkin akan datang dalam beberapa hari atau pekan ke depan.

"Kecuali ada perubahan dramatis dalam hal jumlah kasus, saya belum dapat memperkirakan apakah kami dapat melonggarkan pembatasan Jumat pekan depan," tutur Berejiklian, dikutip dari laman tvnz.co.nz.
 
"Ini adalah ancaman terbesar yang pernah melanda NSW sejak awal pandemi. Saat ini, tren penambahan angka kasus belum bergerak ke arah yang benar," sambungnya.
 
Baca:  Sydney di Ambang Lockdown Berkepanjangan Akibat Angka Covid-19 Meningkat
 
Profesor Mary-Louise McLaws, salah satu penasihat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memprediksi bahwa lockdown di Sydney kemungkinan akan berlangsung hingga satu bulan ke depan jika pemerintah ingin melihat penurunan jumlah kasus harian secara signifikan.
 
"Mungkin akan menurun dalam kurun waktu tiga pekan. Tambahan dua pekan mungkin diperlukan untuk berjaga-jaga," ucap McLaws kepada Nine News.
 
"Jika hal tersebut berhasil dilakukan, maka pembatasan yang lebih ringan perlu diberlakukan selama beberapa pekan," lanjut dia.
 
McLaws mengatakan bahwa sebagian besar orang yang menularkan Covid-19 di tengah masyarakat NSW sejauh ini adalah orang dewasa muda. "Grup yang paling banyak terinfeksi dan menularkannya ke orang lain berusia antara 20 hingga 39 tahun," ujarnya.
 
"Saya menyarankan agar pemerintah fokus menyalurkan vaksin Pfizer ke kelopok tersebut," pungkas McLaws.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan