Rabbi Sheryl Nosan dari Australia. Foto: Medcom.id
Rabbi Sheryl Nosan dari Australia. Foto: Medcom.id

Toleransi Saja Tidak Cukup untuk Membuat Dunia Damai

Marcheilla Ariesta • 14 Mei 2024 09:56
Jakarta: Berbuat baik kepada sesama merupakan ajaran setiap agama, terutama agama Abrahamic, yakni Islam, Kristen dan Yahudi. Rabbi Sheryl Nosan dari Australia mengatakan, inti dari ajaran Yahudi adalah berbuat baik kepada sesama.
 
“Yang utama adalah berbuat baik pada sesama. Itu intinya yang diajarkan dalam agama Yahudi,” kata Rabbi Sheryl, yang merupakan salah satu anggota Circle 7 dari program 1000 Abrahamic Circles Project.
 
Ia mengungkapkan kekhawatirannya atas apa yang terjadi pada penganut Yahudi di seluruh dunia. Menurutnya, hal tersebut hampir tidak bisa diterima.

“Saya mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari beberapa orang, termasuk anak murid saya. Dan menurut saya, kami tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti itu karena bagi kami, semua orang adalah baik, dan kami diajarkan untuk berbuat baik kepada sesama kami,” seru Rabbi Sheryl.
 
Perlakuan tidak baik tersebut, salah satu imbasnya karena perang di Gaza. Dan semakin meningkat karena hal tersebut.
 
Menurut Rabbi Sheryl, toleransi saja tidak cukup. Baginya, ada tiga hal yang mendasari kedamaian antarumat beragama.
 
“Pertama ada kepedulian, dilanjutkan dengan harmoni dan diakhiri dengan keinginan membuat perdamaian,” ucapnya.
 
Menurut Rabbi Sheryl, toleransi berarti memaklumi saja. Tapi dunia ini harus memiliki ketiga hal yang disebutkannya tadi agar bisa hidup berdampingan satu sama lain.
 
Ketiga kata tersebut ia temukan dalam perjalanannya dengan program 1000 Abrahamic Circles Project. Menurutnya, program ini membantunya dan kedua anggota yang lain saling mengerti.
 
Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal, yang juga mendirikan program Ini mengatakan, pengalaman ini bukan untuk mengubah keyakinan, karena baginya keyakinan itu tidak bisa dikompromikan. 
 
“Namun, rasa hormatmu terhadap agama lain semakin kuat karena kebenarannya. Dan filosofi dasarnya adalah kebebasan beragama saja,” terang mantan wakil menteri luar negeri Indonesia tersebut.
 
Dino menambahkan, kebebasan agama memang ada di dunia ini. Namun, lanjut dia, jangan sampai kebebasan itu digunakan untuk saling membenci.
 
“Jadi filosofi program ini adalah Anda memiliki kebebasan beragama. Tapi disamping itu, ada rasa saling menghormati satu sama lain, dengan pilihan masing-masing,” ungkapnya.
 
“Jadi, gunakanlah kebebasan itu juga, sebagai dasar untuk mengembangkan rasa hormat satu sama lain, tanpa mengkompromikan keyakinan Anda sendiri. Dan menurut saya itulah resep perdamaian,” terang Dino.
 
Sudah dilakukan selama enam kali, Circles 7 ini diisi oleh para pemimpin agama perempuan. Ada Ustadzah Nurhayati Marman sebagai perwakilan Circle Islam dari Indonesia, Pendeta Juliana Buikiak Temparaja yang adalah perwakilan Circle Kristen dari Timor Leste, serta Rabbi Sheryl L Nosan, perwakilan Circle Yahudi dari Australia.
 
Ketiganya akan bersama selama tiga pekan di tiga negara berbeda, dengan berbagai kegiatan yang sudah mereka tentukan. Untuk circle ke-7 ini, mengambil tema ‘Sisters Journey’.
 
Medcom.id berkesempatan untuk mengikuti perjalanan mereka dari Jakarta, Dili hingga ke Perth. Circle ke-7 dimulai pada Selasa, 7 Mei 2024.
 
Ketiga anggota saat ini sedang dalam perjalanan selanjutnya ke Dili, Timor Leste. Di sana, ketiganya akan merasakan hidup di tengah komunitas mayoritas Katolik dan Kristen.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan