Pada keketuaan ASEAN 2023, Indonesia mengusung tema ‘ASEAN Matters: Epicentrum of Growth’. Presiden Joko Widodo pada Pertemuan Pleno KTT ASEAN ke-42 di Labuan Baju, 10 Mei 2023 memaparkan makna dari tema ini kepada para pemimpin ASEAN.
Pertama, ASEAN harus efektif di mana ASEAN membutuhkan pendekatan yang lebih transformatif, efektif dan cepat demi kebaikan bersama.
“Kita butuh mekanisme pengambilan keputusan secara efektif dan timely, di tengah situasi darurat,” ujar Presiden. Penyusunan kodifikasi mekanisme tersebut tetap berdasar pada Piagam ASEAN yang selama ini terus menjadi pegangan ASEAN.
Kedua, ASEAN harus relevan di mana harus mampu menjawab tantangan terkini dan masa depan, meliputi jangka pendek seperti situasi di Myanmar, maupun jangka panjang seperti penghormatan HAM. Ketiga, ASEAN harus bermanfaat bagi rakyat di kawasan dan bagi dunia, di tengah situasi krisis yang menyulitkan saat ini.
Baca: ASEAN Concord IV, Hasil Konkret Pertemuan Para Pemimpin Asia Tenggara. |
Sementara itu dari aspek Epicentrum of Growth, Presiden mengingatkan bahwa ASEAN perlu memperkuat ketahanan dan konektivitas kawasan sebagai fondasi untuk bertahan.
“Ini mengapa Indonesia bertekad untuk memastikan resiliensi kawasan di sektor pangan, energi, stabilitas dan konektivitas keuangan serta arsitektur kesehatan,” jelas Presiden Jokowi.
Rangkaian pertemuan ASEAN juga diikuti oleh setingkat menteri. Ini termasuk ASEAN Minister Meeting (AMM) dan juga ASEAN Defense Minister Meeting (ADMM).
Tetapi pada akhirnya rangkaian ASEAN ini menghasilkan kesepakatan antara para pemimpin negara anggota ASEAN yang berlangsung pada September 2023. Ini adalah pertemuan KTT kedua sekaligus penutup dalam keketuaan Indonesia di ASEAN.
Isu Myanmar menjadi perhatian utama dari Presiden Joko Widodo. Dalam pidatonya Jokowi menegaskan ASEAN akan terus sepakat melanjutkan upayanya (untuk perdamaian Myanmar). Ia mengatakan, Indonesia dalam telah melakukan 145 pendekatan dengan 70 stakeholder. Menurut Jokowi, mulai muncul trust dan terlihat ada kepercayaan juga di antara stakeholder.
"Memang untuk menciptakan perdamaian butuh waktu panjang, tapi tidak apa-apa, kita akan terus berjuang dan ASEAN tidak akan tersandera isu Myanmar," kata Jokowi.
"Kapal ASEAN akan terus maju untuk menciptakan perdamaian dan kemakmuran," tegas dia.
Presiden juga menyebutkan beragam dinamika dan kompleksitas global akan terus membayangi ASEAN. Pekerjaan rumah (PR) itu tidak mampu rampung hanya lewat satu keketuaan. Jokowi mengajak pemimpin ASEAN untuk mengubah rivalitas menjadi kolaborasi. Serta, menavigasi perbedaan menjadi persatuan.
Pada akhirnya para pemimpin ASEAN mengeluarkan chairman statement dari KTT ke-43 ASEAN. Para pemimpin mengadopsi ASEAN Concord IV.
ASEAN Concord IV mengkonsolidasikan upaya berkelanjutan kelompok itu untuk memastikan bahwa ASEAN penting bagi rakyat dari negara anggota dan tentunya kawasan. ASEAN Concord IV menjadikan ASEAN tetap menjadi pusat pertumbuhan di Indo-Pasifik dan sekitarnya.
ASEAN Concord IV juga berfungsi sebagai landasan yang kuat dan mencerminkan komitmen untuk bekerja menuju Visi Komunitas ASEAN 2045 dan dokumen-dokumen yang menyertainya guna membangun ASEAN yang tangguh, inovatif, dinamis, dan berpusat pada masyarakat yang mampu mengantisipasi peluang dan mengatasi tantangan-tantangan yang muncul dan berkembang khususnya tantangan masa depan.
Baca: Di Tengah Perbedaan Tajam, Dokumen Deklarasi EAS Akhirnya Bisa 'Dibungkus'. |
ASEAN juga berhasil menyepakati East Asia Summit Leaders Joint Statement mengenai epicentrum of growth. Pusat pertumbuhan dunia ini menjadi salah satu dari empat fokus utama keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini.
Tarik menarik geopolitik yang sangat kental, kata Presiden Joko Widodo mengingatkan saya seperti saat G20 di Bali. "Tapi alhamdulillah konsensus tercapai," ungkap mengumumkan hasil KTT ASEAN.
Dalam KTT Asia Timur atau East Asia Summit yang termasuk dalam rangkaian pertemuan puncak ini, Presiden Jokowi menegaskan bahwa negara-negara KTT Asia Timur memiliki tanggung jawab yang sama besar untuk menciptakan perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan.
Namun ada yang menilai keketuaan Indonesia dalam ASEAN 2023, belum sepenuhnya berhasil. Shafiah Muhibat, Wakil Direktur Eksekutif untuk Penelitian dari Centre of Strategic and International Studies Indonesia (CSIS Indonesia). Menurutnya, ekspektasi yang tinggi akan kepemimpinan Indonesia di ASEAN menjadi salah satu faktor adanya kekecewaan.
Beberapa pekerjaan rumah ASEAN yang dinantikan akan diselesaikan dari Indonesia adalah persaingan geopolitik. Menurutnya, masalah Myanmar dan Laut China Selatan hanyalah segelintir dari beberapa pekerjaan rumah Indonesia di ASEAN.
"Saya pikir, ekspektasi yang sangat tinggi ini kemudian menghasilkan reaksi beragam terhadap hasil pertemuan puncak, sehingga muncul eaksi beragam terhadap hasil pertemuan puncak, sehingga muncul konsep seperti keberhasilan yang terbatas," ujarnya dalam diskusi 'A Debrief on 43rd ASEAN Summit and Related Summits' oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Jumat, 15 September 2023.
Shafiah mengatakan, isu Laut China Selatan dapat menjadi salah satu kritik mengecewakan untuk kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Ia mengungkapkan, dari pengelolaan sengketa Laut China Selatan ini muncul lagi masalah peta baru Tiongkok.
"Namun, kita tidak bisa menyalahkan siapapun karena merasakan kekecewaan terhadap hasil dari pertemuan puncak itu. Karena kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Namun, karena ini masalah harapan tinggi pada keketuaan Indonesia, menurut saya banyak hal yang perlu dilakukan dan isu-isu ditangani ASEAN sepanjang tahun," terangnya.
Di sisi lain, lanjut Shafiah, isu Myanmar mendapat beberapa apresiasi. "Myanmar adalah salah satu isu yang mendapatkan banyak penilaian dengan ASEAN memberikan pernyataan lebih kuat dibandingkan KTT sebelumnya," terang dia.
Tongkat Keketuaan ASEAN sudah diserahkan oleh Presiden Joko Widodo kepada Perdana Menteri Laos Sonexay Siphandone. Jokowi menyampaikan terima kasih atas dukungan pemimpin ASEAN dan negara mitra atas terselenggaranya KTT ke-43 ASEAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News