Dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 28 Oktober 2021, Sokhonn menegaskan, peringatan Myanmar berada di “ambang perang saudara”. Kamboja akan menunjuk utusan khusus baru untuk Myanmar guna mulai bekerja awal tahun depan saat mengambil kendali ASEAN.
“Sementara kita semua menghormati prinsip non-intervensi dalam urusan dalam negeri negara-negara anggota, situasi di Myanmar terus menjadi perhatian serius,” kata Sokhonn.
Sokhonn menambahkan, hal tersebut memiliki dampak negatif di kawasan, kredibilitas ASEAN, dan pada rakyat Myanmar. Dalam penghinaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, ASEAN diketahui mengecualikan pimpinan Junta Myanmar, Min Aung Hlaing dari serangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang diselenggarakan minggu ini.
Jenderal yang memimpin kudeta pada 1 Februari lalu dan berujung pada kekacauan berdarah tersebut dikesampingkan karena gagal menghormati komitmennya kepada ASEAN. Komitmen itu diantaranya, menghentikan kekerasan, memulai dialog dan mengizinkan akses ke bantuan kemanusiaan dan utusan ASEAN.
Sokhonn juga mengatakan, Kamboja mendukung larangan Hlaing, mencatat penolakan junta untuk mengizinkan Erywan Yusof bertemu dengan semua pemangku kepentingan. Yusof merupakan utusan saat ini yang mewakili Ketua ASEAN, Brunei.
Namun, ia mengatakan tidak pantas untuk berbicara tentang terus mengecualikan sang jenderal pada saat ini, “Hal-hal mungkin dan akan berkembang. Itu akan sangat bergantung pada Myanmar.”
Sebanyak dua diplomat regional, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan, ASEAN akan menggunakan pengecualian Hlaing sebagai pengaruh guna memaksanya mengizinkan utusan ASEAN bertemu lawan militer.
Junta pun menyatakan, tidak terdapat pertemuan yang diizinkan oleh pemimpin terguling Myanmar, Aung San Suu Kyi yang didakwa dengan berbagai pelanggaran.
Para diplomat mengatakan, ujian berikutnya dari tekad ASEAN untuk mengecualikan junta adalah pertemuan puncak Tiongkok-ASEAN pada November mendatang, yang diperkirakan akan dihadiri oleh Presiden Tiongkok, Xi Jinping.
Mereka menambahkan, sangat tidak mungkin Hlaing akan menghadiri KTT ASEAN-Uni Eropa (UE) akhir tahun ini. Paling tidak, dikarenakan keberatan yang kuat di Eropa.
Peneliti Senior di National University of Singapore, Evan Laksmana mengatakan, ASEAN setelah berbulan-bulan mengalami perpecahan dan kepura-puraan, menjadi lebih bersatu dalam menangani Myanmar secara tegas. Kamboja telah mengisyaratkan niatnya untuk mendorong kemajuan.
“Sekarang ada momentum dan junta berada di bawah tekanan, ASEAN harus menyerang saat masih panas,” pungkas Laksmana. (Nadya Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News