Ia membantu menyelamatkan para siswa yang dalam bahaya.
Saat mendengar ada 'pembantaian' di tempat penitipan anak dekat lokasinya, ia khawatir target selanjutnya adalah sekolah dasar yang berjarak beberapa kilometer dari sana.
Dengan sekolah yang juga dekat dengan rumah pelaku, para siswa di kelas hari itu bisa dalam bahaya.
"Saya menelepon direktur Sekolah Ban Non Sawat Nong Paibool dan dia memberi tahu apa yang saya dengar itu benar. Dia juga mengatakan ada siswa yang terjebak di dalam sekolah. Mereka berada di ruang kelas bersama guru mereka," ucap Monchai kepada Channel News Asia, Minggu, 9 Oktober 2022.
"Jadi, saya berbicara dengan istri saya tentang menyelamatkan mereka," ucapnya.
Penyerang membunuh puluhan orang di kamar tidur taman kanak-kanak itu dan daerah sekitarnya. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak kecil yang tidur dalam pusat penitipan anak ketika ia menerobos masuk dengan senjata.
Korban termuda berusia tiga tahun.
"Saat itu tidak jelas apa yang terjadi, jadi saya pikir saat situasi masih bergejolak, siswa (sekolah dasar) harus datang ke tempat saya karena pasti akan aman bagi mereka," ujarnya.
Baca juga: Cerita Warga Lolos dari Kengerian Penembakan Massal di Thailand
Bersama istri dan dua karyawannya, ia bergegas ke sekolah dengan dua kendaraan roda empat. Mereka memilih rute yang sebagian besar tidak diketahui bahkan di antara penduduk setempat, yang mengarah ke belakang sekolah tetapi dengan medan yang kasar dan sulit dinavigasi.
"Ada dua jalur menuju sekolah. Salah satunya kasar dan membutuhkan penggerak empat roda. Yang lain sebenarnya baik-baik saja juga, tetapi ada kemungkinan kami akan bertemu dengan pelakunya," jelas Monchai.
"Jadi, saya memilih jalur belakang, yang kasar dan membutuhkan penggerak empat roda, karena saya tahu pasti bagaimana mengelolanya," sambungnya.
Sesampainya di sekolah, para siswa masih bersembunyi. Salah satu guru mengatakan, sekitar 60 anak dan sepuluh guru terbaring rendah di empat ruangan di tempat itu.
Semua pintu dan jendela ditutup, dan para siswa disuruh tetap diam agar seolah-olah tidak ada orang di sekolah.
"Kami membawa anak-anak bersembunyi di ruangan yang berbeda karena kami mendengar pelaku datang ke sini, dan kami takut dia akan masuk ke sekolah," kata Teeramet Sewana, guru yang pernah bekerja di Sekolah Ban Non Sawat Nong Paibool.
Ia mengatakan, begitu Monchai tiba, ia memberitahu anak-anak untuk segera pergi dan ikut tamasya. "Saya memberi tahu anak-anak bahwa kami akan pergi tamasya sekolah dan mereka harus bergegas. 'Cepatlah, anak-anak! Ayo pergi!'" katanya.
Evakuasi berlangsung cepat, dengan guru dan siswa diangkut ke rumah Monchai dalam dua perjalanan. Selama waktu ini, orang tua yang ketakutan memanggil para guru untuk memastikan anak-anak mereka aman.
Begitu semua siswa dan guru berada di dalam rumahnya, Monchai menutup pintu gerbang dan memerintahkan beberapa pegawai laki-laki untuk menjaga tempat itu.
Penyerang memaksa masuk ke pusat penitipan anak sekitar pukul 12.30 waktu setempat pada Kamis untuk memulai pembunuhan, melepaskan tembakan dengan pistol 9mm miliknya sendiri dan menyayat dengan pisau.
Setelah itu, pria 34 tahun itu pulang ke rumah untuk membunuh istri dan putranya sebelum bunuh diri, kata polisi, mengakhiri amukannya sekitar pukul 15.00 sore.
“Secara total, dia membunuh 24 anak-anak - 21 laki-laki dan tiga perempuan - dan 12 orang dewasa. Sebagian besar meninggal karena kombinasi luka pisau dan tembakan,” menurut penyelidik polisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id