Jakarta: Badan untuk Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) menyerukan untuk segera dilakukannya pendaratan penyelamatan jiwa terhadap kapal yang membawa kelompok pengungsi Rohingya yang sedang kesulitan di perairan Bireuen, Aceh, Indonesia. Kapal tersebut pertama kali terlihat di perairan Bireuen pada 26 Desember.
Berdasarkan foto dan laporan dari nelayan setempat, mayoritas penumpang dari kapal yang kondisinya sangat padat dan tidak layak berlayar itu adalah wanita dan anak-anak. Kapal yang dilaporkan mengalami kebocoran dan kerusakan mesin ini terombang-ambing di laut terbuka di tengah cuaca yang buruk dan dapat beresiko tenggelam.
Baca: Kapal Pengungsi Rohingya Terombang-ambing di Perairan Bireun, Aceh.
“UNHCR sangat mengkhawatirkan keselamatan dan nyawa para pengungsi yang berada di kapal,” pernyataan UNHCR, yang diterima Medcom.id, Rabu 29 Desember 2021.
“Untuk mencegah kehilangan nyawa, UNHCR mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera mengizinkan kapal tersebut menepi dengan selamat,” imbuh pernyataan itu.
UNHCR juga menyebutkan Peraturan Presiden nomor 125 tahun 2016 tentang perlindungan pengungsi mencakup provisi bagi Pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan pengungsi di kapal yang mengalami kesulitan di dekat Indonesia dan untuk membantu mereka berlabuh. Provisi ini telah diimplementasikan sebelumnya pada 2018, 2020 dan yang terakhir pada Juni 2021, ketika 81 orang pengungsi Rohingya diselamatkan dari perairan Aceh Timur.
“Selama bertahun-tahun, Indonesia telah menjadi teladan bagi negara lain di kawasan yang sama dalam hal memberikan perindungan pengungsi. UNHCR berharap untuk melihat semangat kemanusiaan yang sama lagi hari ini di Aceh,” jelas pernyataan itu.
Kelompok Rohingya telah melarikan diri dari kekerasan, penganiayaan dan melakukan perpindahan yang terpaksa selama puluhan tahun. Bagi mereka yang mencari perlindungan internasional, izin berlabuh dengan aman dan akses untuk prosedur suaka serta bantuan kemanusiaan harus diberikan.
UNHCR menambahkan, stafnya saat ini berada di lapangan, bekerja dengan koordinasi erat dengan pemerintah setempat dan kami siap membantu pemerintah serta masyarakat setempat dalam memberikan bantuan darurat penyelamatan jiwa bagi kelompok tersebut.
“Kami juga berkoordinasi dengan mitra kerja kemanusiaan lainya dalam persiapan respon komprehensif, yang mencakup proses karantina yang sesuai dengan standar internasional dan protokol kesehatan publik,” imbuh mereka.
Panglima Laot Bireuen, Badruddin, mengatakan, sebelumnya kapal itu ditemukan oleh nelayan yang akan pulang melaut pada, Minggu, 26 Desember 2021 siang. Namun, hingga pukul 23.00 WIB, kapal itu masih terombang-ambing sekitar 67 mil dari daratan.
"Kapal Rohingya itu terkatung-katung di antara perairan Peudada dan Peulimbang, karena diduga mengalami kerusakan di bagian mesin. Belum diketahui kemana tujuan dan jumlah imigran tersebut," ujarnya.
Badruddin menjelaskan, kondisi terakhir, nelayan bersama aparat keamanan masih memantau keberadaan kapal tersebut. Sejumlah pasokan logistik juga telah dikirim kepada imigran Rohingya tersebut.
Berdasarkan foto dan laporan dari nelayan setempat, mayoritas penumpang dari kapal yang kondisinya sangat padat dan tidak layak berlayar itu adalah wanita dan anak-anak. Kapal yang dilaporkan mengalami kebocoran dan kerusakan mesin ini terombang-ambing di laut terbuka di tengah cuaca yang buruk dan dapat beresiko tenggelam.
Baca: Kapal Pengungsi Rohingya Terombang-ambing di Perairan Bireun, Aceh.
“UNHCR sangat mengkhawatirkan keselamatan dan nyawa para pengungsi yang berada di kapal,” pernyataan UNHCR, yang diterima Medcom.id, Rabu 29 Desember 2021.
“Untuk mencegah kehilangan nyawa, UNHCR mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera mengizinkan kapal tersebut menepi dengan selamat,” imbuh pernyataan itu.
UNHCR juga menyebutkan Peraturan Presiden nomor 125 tahun 2016 tentang perlindungan pengungsi mencakup provisi bagi Pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan pengungsi di kapal yang mengalami kesulitan di dekat Indonesia dan untuk membantu mereka berlabuh. Provisi ini telah diimplementasikan sebelumnya pada 2018, 2020 dan yang terakhir pada Juni 2021, ketika 81 orang pengungsi Rohingya diselamatkan dari perairan Aceh Timur.
“Selama bertahun-tahun, Indonesia telah menjadi teladan bagi negara lain di kawasan yang sama dalam hal memberikan perindungan pengungsi. UNHCR berharap untuk melihat semangat kemanusiaan yang sama lagi hari ini di Aceh,” jelas pernyataan itu.
Kelompok Rohingya telah melarikan diri dari kekerasan, penganiayaan dan melakukan perpindahan yang terpaksa selama puluhan tahun. Bagi mereka yang mencari perlindungan internasional, izin berlabuh dengan aman dan akses untuk prosedur suaka serta bantuan kemanusiaan harus diberikan.
UNHCR menambahkan, stafnya saat ini berada di lapangan, bekerja dengan koordinasi erat dengan pemerintah setempat dan kami siap membantu pemerintah serta masyarakat setempat dalam memberikan bantuan darurat penyelamatan jiwa bagi kelompok tersebut.
“Kami juga berkoordinasi dengan mitra kerja kemanusiaan lainya dalam persiapan respon komprehensif, yang mencakup proses karantina yang sesuai dengan standar internasional dan protokol kesehatan publik,” imbuh mereka.
Panglima Laot Bireuen, Badruddin, mengatakan, sebelumnya kapal itu ditemukan oleh nelayan yang akan pulang melaut pada, Minggu, 26 Desember 2021 siang. Namun, hingga pukul 23.00 WIB, kapal itu masih terombang-ambing sekitar 67 mil dari daratan.
"Kapal Rohingya itu terkatung-katung di antara perairan Peudada dan Peulimbang, karena diduga mengalami kerusakan di bagian mesin. Belum diketahui kemana tujuan dan jumlah imigran tersebut," ujarnya.
Badruddin menjelaskan, kondisi terakhir, nelayan bersama aparat keamanan masih memantau keberadaan kapal tersebut. Sejumlah pasokan logistik juga telah dikirim kepada imigran Rohingya tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id