Pasalnya, layar tersebut berlubang dan sedang berupaya memperbaikinya.
Fujikawaguchiko merupakan tempat populer untuk melihat dan memotret gunung ikonik tersebut dengan memasang layar tersebut pada Selasa lalu.
Namun, para pejabat menemukan sebuah lubang di dalamnya pada keesokan harinya. Selasa pagi, waktu setempat, para pejabat mengatakan mereka telah menemukan sekitar sepuluh lubang serupa, semuanya setinggi mata dan tampaknya berukuran pas untuk memasukkan lensa kamera ke lubang tersebut.
Salah satu lokasi pengamatan yang sangat populer adalah di luar toko Lawson, tempat foto yang diambil pada sudut tertentu akan membuat Gunung Fuji terlihat seolah-olah sedang berada di atas atap toko.
“Penduduk setempat mengeluhkan pengunjung yang menghalangi trotoar sempit dan berjalan ke jalan yang sibuk atau ke properti tetangga untuk mengambil gambar,” kata para pejabat, dikutip dari ABC News, Kamis, 30 Mei 2024.
Sementara itu, pemerintah kota menghabiskan 1,3 juta yen atau sekitar Rp134 juta untuk memasang jaring hitam setinggi 2,5 meter yang membentang 20 meter dan pagar tambahan di sepanjang trotoar pada minggu lalu.
“Layar tersebut telah membantu mengurangi kemacetan di daerah tersebut,” ungkap para pejabat.
Pihak pemerintah kota menyatakan akan mengganti penutup yang berlubang tersebut.
“Kami berharap dapat mengganti penghalang tersebut sesegera mungkin sebelum musim liburan musim panas,” ujar Wali Kota Hideyuki Watanabe kepada Asahi Shimbun.
Di sisi lain, pariwisata berlebihan juga menjadi isu yang berkembang di destinasi wisata populer lainnya, seperti Kyoto dan Kamakura.
Untuk membantu mengatasi meningkatnya masalah pariwisata berlebihan di Kamakura, pemandu wisata berbahasa Inggris telah mengarahkan wisatawan agar tidak menghalangi stasiun kereta yang sibuk.
Di Kyoto, pihak berwenang dilaporkan telah memasang layar di stasiun kereta utama yang menunjukkan siaran langsung kawasan wisata agar pengunjung dapat menilai kerumunan orang untuk merencanakan perjalanan mereka dengan lebih baik.
Selain itu, mendaki Gunung Fuji juga menjadi masalah pariwisata yang berlebihan. Hal itulah penyebab sistem pemesanan telah dibuat.
Di bawah sistem baru, pendaki harus memilih rencana waktu mereka akan melakukan pendakian sehari atau bermalam di beberapa pondok yang tersedia di seberang jalan.
Sistem pemesanan hanya mengizinkan 4.000 pendaki memasuki jalur setiap harinya. (Theresia Vania Somawidjaja)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News