Menlu Retno Marsudi hadir dalam ASEAN Future Forum di Hanoi, Vietnam, 23 April 2024. (Kemenlu RI)
Menlu Retno Marsudi hadir dalam ASEAN Future Forum di Hanoi, Vietnam, 23 April 2024. (Kemenlu RI)

Bersifat Multidimensi, Isu Keamanan Bagian Penting dari Cerita Mengenai ASEAN

Willy Haryono • 24 April 2024 20:41
Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi hadir sebagai pembicara kunci dalam pertemuan ASEAN Future Forum di Hanoi, Vietnam.
 
ASEAN Future Forum diselenggarakan Vietnam sebagai wadah pertukaran pandangan dan ide mengenai masa depan ASEAN dalam bentuk track 1.5 dengan melibatkan wakil dari pemerintah, para pakar, akademisi, praktisi dan pengusaha.
 
Dalam pertemuan kali ini, tema yang diusung adalah "Toward Fast and Sustainable Growth of a People-centered Community."

Dua kepala negara hadir dalam pembukaan ASEAN Future Forum, yaitu Perdana Menteri Vietnam dan Perdana Menteri Laos, sebagai Ketua ASEAN. Perdana Menteri Malaysia sebagai ketua selanjutnya dari ASEAN dan Sekjen PBB Antonio Guterres juga hadir menyampaikan sambutan melalui pesan video.
 
Menlu Retno diundang sebagai Lead Speaker di sesi kedua dengan tema "Ensuring Comprehensive Security For a People-centered ASEAN Community." Menlu Retno menyampaikan bahwa isu keamanan adalah bagian penting dari cerita mengenai ASEAN.
 
"Saya sampaikan juga bahwa isu keamanan mencakup banyak dimensi, tidak hanya aspek militer dan politik, tetapi juga sosial, ekonomi dan lingkungan yang sama-sama penting dengan isu keamanan, dan harus ditangani secara komprehensif," ucap Menlu Retno dalam keterangan tertulis kepada awak media pada Rabu, 24 April 2024.

Kesigapan ASEAN

Lanskap keamanan kawasan dan global sekarang ini berubah dengan cepat, mulai dari rivalitas kekuatan besar, perang yang terus berlanjut di Ukraina dan Gaza, konflik di Myanmar, serta tantangan perubahan iklim, ketahanan pangan dan energi, dan meningkatnya kejahatan lintas batas.
 
Terkait hal ini, Menlu Retno menyampaikan beberapa poin mengenai bagaimana ASEAN dapat terus tumbuh di tengah situasi yang terus berubah.
 
"Pertama, ASEAN harus terus memerankan kepemimpinannya dalam pengembangan arsitektur dan kerja sama di Indo-Pasifik. Saya menekankan mengenai pentingnya ASEAN yang kuat dan bersatu," ujar Menlu Retno.
 
"ASEAN yang relevan, ASEAN yang matters dan berperan sentral di kawasan. ASEAN yang dapat merespons berbagai tantangan di kawasan dengan sigap," lanjutnya.
 
ASEAN juga, sambung Menlu Retno, harus memastikan Indo-Pasifik tetap menjadi kawasan yang damai, terbuka, dan inklusif, yang mengedepankan dialog dan kolaborasi konkret dengan pendekatan win-win dan bukan pendekatan zero sum, serta penghormatan dan implementasi hukum internasional dilakukan secara konsisten.
 
Oleh karena itu, pengarusutamaan implementasi ASEAN Outlook on the Indo Pacific dalam seluruh mekanisme ASEAN menjadi sangat penting. Sebagaimana terefleksi pada keketuaan Indonesia tahun lalu.

Risiko Keamanan ASEAN

"Kedua, adalah bahwa ASEAN harus memiliki pendekatan komprehensif untuk isu keamanan. Isu ketahanan pangan, energi, dan keuangan diproyeksikan akan menjadi tantangan ekonomi utama yang dihadapi ASEAN di masa depan," sebut Menlu Retno.
 
"Kita telah saksikan bersama bagaimana konflik di Ukraina, perubahan iklim, dan pandemi Covid-19 telah memperparah tantangan sosial ekonomi tahun lalu. Dan tahun ini, situasi di Gaza dan Palestina secara umum menciptakan lebih parah ketidakadilan dan ketidakpastian," sebutnya.
 
"Itulah mengapa keketuaan Indonesia tahun lalu di ASEAN, Indonesia mendorong penguatan kerja sama di sektor ketahanan pangan, energi dan keuangan karena Indonesia ingin memperkokoh ketahanan sosial-ekonomi ASEAN," ungkap Menlu Retno.
 
Selain itu, Menlu Retno juga menyampaikan bahwa ASEAN harus dapat mengatasi risiko keamanan yang timbul dari digitalisasi dan perkembangan teknologi terkini seperti Kecerdasan Buatan (AI) dengan mendorong dan turut menentukan tata kelola digital global dan menjembatani digital divide serta memperkuat literasi digital.
 
Transformasi digital harus menjadi ‘force enabler for the global common good’ atau kekuatan yang memungkinkan kita meraih kebaikan global secara bersama.
 
"Di akhir pidato, saya menekankan pentingnya kerja sama kolektif untuk mengatasi keamanan kawasan dan global karena kita tidak akan dapat mengatasi tantangan sendirian," tutur Menlu Retno.
 
"Saya juga menekankan pentingnya proses inklusif dalam pengembangan Visi Komunitas ASEAN 2045 dengan memperhatikan suara dan kepentingan masyarakat ASEAN," pungkasnya.
 
Baca juga:  Indonesia dan Anggota ASEAN Bahas Kolaborasi Ekonomi Biru
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan