"Mayoritas dari menteri utama negara dan regional telah dibebaskan," ucap seorang petinggi militer Myanmar kepada kantor berita Xinhua.
"Menteri-menteri dan anggota parlemen dari partai berkuasa sudah dibebaskan dari tahanan pada Selasa pagi," lanjutnya tanpa mengelaborasi lebih lanjut.
Masih pada Selasa pagi, militer Myanmar telah mengumumkan perombakan kabinet besar-besaran. Di bawah reshuffle kabinet ini, tokoh pilihan militer ditunjuk untuk memimpin 11 kementerian. Sementara 24 wakil menteri dicopot dari jabatan mereka.
Tokoh baru ditempatkan untuk pos kementerian luar negeri, kantor pemerintahan berserikat, layanan pertahanan, urusan perbatasan, perencanaan, keuangan dan industri, investasi, dan lainnya.
Senin kemarin, perhatian dunia tertuju pada berlangsungnya kudeta militer di Myanmar. Kudeta dimulai dari penangkapan sejumlah tokoh penting, termasuk pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.
Penahanan dilakukan sebelum subuh, beberapa jam sebelum parlemen Myanmar membuka sesi perdana di tahun 2021.
Baca: Pengungsi Rohingya Bahagia Melihat Aung San Suu Kyi Ditahan
Banyak negara mengecam keras terjadinya kudeta militer di Myanmar. Dua negara pertama yang melayangkan kecaman adalah Amerika Serikat dan Australia.
Kedua negara mendesak militer Myanmar untuk segera membebaskan Suu Kyi dan jajaran pejabat lainnya. Presiden AS Joe Biden telah mengancam akan menjatuhkan kembali sanksi kepada Myanmar setelah Washington mencabutnya satu dekade lalu.
Hingga saat ini, keberadaan Suu Kyi dan juga Presiden Myanmar Win Myint beserta jajaran pejabat lainnya belum diketahui. Terakhir kalinya Suu Kyi bersuara adalah melalui pernyataan tertulis. Dalam tulisannya, ia meminta masyarakat Myanmar untuk berunjuk rasa menolak kudeta militer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News