"Hari jadi kami yang ke-55 datang pada saat pergolakan besar," kata Retno, di ASEAN Secretariat di Jakarta.
Ia mengatakan, secara internal ASEAN ditantang untuk mencari solusi sebagai keluarga dalam mengatasi krisis di Myanmar.
Baca: ASEAN Peringatkan Myanmar: Jangan Eksekusi Tahanan Politik Lagi!. |
"Sangat disayangkan bahwa kita belum melihat kemajuan yang signifikan oleh junta militer di Myanmar dalam mengimplementasikan lima poin konsensus," ucap Retno.
"Kami tidak membutuhkan kata-kata, tetapi kami membutuhkan tindakan sekarang lebih dari sebelumnya tindakan untuk mengimplementasikan lima poin konsensus," tegasnya.
Mengutip pernyataan Perdana Menteri Hun Sen dari Kamboja, ASEAN tidak boleh disandera oleh situasi di Myanmar dan ASEAN harus bergerak maju.
"Kita tidak boleh membiarkan masalah Myanmar menentukan ASEAN. Kita harus memenuhi keinginan rakyat kita untuk hidup dalam kedamaian, stabilitas, dan kemakmuran," tegas dia.
Retno mengutip salah satu alinea Pembukaan Piagam ASEAN yang menetapkan kepatuhan pada “prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum dan pemerintahan yang baik, penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental.”
Pentingnya prinsip-prinsip ini juga ditegaskan kembali dalam Pasal 1 Piagam ASEAN.
"Oleh karena itu, pada peringatan ini mari kita ulangi seruan kita kepada junta militer di Myanmar untuk sepenuhnya mengimplementasikan lima poin konsensus," ucapnya.
Dengan latar belakang ini, kata Retno, penting bagi ASEAN untuk juga menggunakan hari jadinya sebagai momen untuk resolusi.
"Untuk memperkuat ASEAN, untuk menjaga kredibilitasnya, dan untuk mempertahankan relevansinya," pungkas Retno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News