Thalugaz menyiapkan persenjataan untuk menyerang petugas keamanan di Bangkok, Thailand. (SUWANRUMPHA AFP/File)
Thalugaz menyiapkan persenjataan untuk menyerang petugas keamanan di Bangkok, Thailand. (SUWANRUMPHA AFP/File)

Thalugaz dan Polisi Bersitegang, Jalanan Bangkok Bak Zona Pertempuran

Medcom • 26 Oktober 2021 18:13
Bangkok: Sekelompok pemuda kelas pekerja di Thailand, Thalugaz, terus menggelar aksi protes di jalanan Bangkok hampir setiap malam sejak awal Agustus lalu. Dengan ketapel, petasan, dan bom "ping pong" buatan sendiri, mereka mengubah sejumlah jalan layaknya zona pertempuran.
 
Pada 2020, kelompok ini diketahui berasal dari gerakan protes mahasiswa yang mencengkeram Pemerintah Thailand dengan tuntutan mereformasi kerajaan. Saat itu, sebagian besar ketegangan telah mereda, terpecah oleh pertikaian internal dan penangkapan sejumlah tokoh.
 
Baca:  Thailand Tangkap Para Petinggi Aktivis Anti Pemerintah

Dilansir dari AFP, Senin, 26 Oktober 2021, Thalugaz secara harfiah adalah "menerobos gas (air mata)" dalam bahasa Thailand. Mereka adalah sekelompok pemuda kelas pekerja di usia remaja awal 20-an tanpa struktur atau strategi.
 
"Kami berkumpul di persimpangan dan bergerak ke jalan-jalan, melemparkan bom (ping pong), dan petugas membalas dengan peluru karet," kata pengunjuk rasa berusia 17 tahun, Fhong.
 
Saat ini, pendekatan agresif mereka dinilai sangat kontras dengan gaya lembut demonstrasi mahasiswa tahun lalu. Kala itu, para pengunjuk rasa tak melakukan aksi kekerasan dan hanya membawa bebek karet sebagai simbol perlawanan.
 
Tidak menerapkan gaya lembut, Thalugaz bertekad melawan petugas dan menolak tumbang sebelum melakukan perlawanan.
 
"Teman-teman dan saudara-saudara saya dipukuli sampai babak belur oleh siapa? Polisi anti huru hara. Jika polisi anti huru hara menangkap kita, mereka akan menendang dan memukuli kita, apakah itu hal yang benar untuk dilakukan?," ujar Thom, yang berusia 18 tahun.
 
Pada puncak protes 2020 lalu, demonstrasi di Bangkok dilaporkan dihadiri puluhan ribu orang. Mereka menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-O-Cha yang merebut kekuasaan dalam kudeta pada 2014.
 
Aksi tersebut menjadi berita utama dengan tuntutan mereformasi kerajaan dan memeriksa kekayaan Raja Maha Vajiralongkorn. Tuntutan seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya di Thailand, negara yang menerapkan undang-undang lese majeste yang ketat.
 
Pada awal 2021, gerakan protes di Thailand menghadapi pukulan telak saat para pemimpin ditangkap, dan aksi unjuk rasa terhalang aturan Covid-19.
 
Protes tahun lalu berfokus pada seruan mengubah konstitusi dan reformasi politik tingkat tinggi. Sementara pemuda Thalugaz berfokus pada tuntutan ekonomi dan sosial.
 
"Di negara di mana kesenjangan antara kaya dan miskin begitu lebar, tindakan (politik) berbeda di antara kelas yang berbeda bahkan jika mereka memiliki agenda anti-pemerintah yang sama,” jelas Analis Politik, Somjai Phagaphasvivat.
 
Mayoritas pengunjuk rasa muda Thalugaz diketahui berasal dari keluarga kelas pekerja yang hidupnya hancur akibat hantaman pandemi, :Bibi saya dulu menghasilkan tiga ribu hingga empat ribu baht sehari dengan menjual barang, tetapi sekarang pendapatannya turun menjadi seribu hingga dua ribu baht,” ucap Thom. (Nadia Ayu Soraya)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan