Paus Fransiskus kunjungi Indonesia pada 3-6 September 2024. Foto: EFE-EPA
Paus Fransiskus kunjungi Indonesia pada 3-6 September 2024. Foto: EFE-EPA

Perjalanan Panjang Paus Fransiskus dalam Lawatan ke Indonesia

Medcom • 02 September 2024 23:02
Jakarta: Paus Fransiskus akan memulai perjalanan terpanjang, terluas, dan tersulit selama masa kepausannya karena akan ke Asia dan Oseania. Sehingga, ia membawa sekretarisnya untuk menjalankan program ke-4 negara sambil tetap bekerja di negaranya.
 
“Dalam perjalanannya Paus Fransiskus akan menempuh jarak 32.814 kilometer melalui jalur udara. Berlangsungnya perjalanan tersebut dari tanggal 3-13 September yang melintasi Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura,” laporan Asahi Shimbun, Senin 2 September 2024.
 
Ini adalah perjalanan luar negeri yang paling panjang dari 44 perjalanan sebelumnya, menjadikannya salah satu perjalanan kepausan terlama yang pernah ada, baik dari segi jumlah hari di perjalanan maupun jarak yang ditempuh.

Pada usia 88 tahun, Paus Fransiskus yang memiliki riwayat masalah pernapasan dan ketergantungan pada kursi roda, ia memiliki keputusan untuk melakukan perjalanan yang panjang ini mencerminkan komitmennya yang teguh terhadap komunitas Katolik global.
 
Perjalanan ini awalnya dijadwalkan tahun 2020 tetapi ditunda karena pandemi covid-19. Untuk menavigasi rencana perjalanan yang menantang ini. Namun, Paus didampingi oleh tim medis dan delegasi Vatikan seperti biasanya.
 
Perjalanan ini mencerminkan jangkauan global Yohanes Paulus II yang mengunjungi ke empat destinasi tersebut selama masa kepausannya. Namun kunjungan Fransiskus membawa makna tambahan karena menggarisbawahi semakin pentingnya Asia bagi Gereja Katolik.
 
Kawasan Asia yang kaya akan beragam budaya dan agama, merupakan titik fokus bagi perubahan Gereja dengan semakin banyaknya umat Katolik yang dibaptis dan panggilan religius.
 
Sorotan utama perjalanan ini adalah Paus kunjungan Fransiskus ke Indonesia, negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia. Di sini, ia akan menjelajahi “Terowongan Persahabatan” dengan lorong bawah tanah yang menghubungkan  Masjid Istiqlal di Jakarta dengan Katedral Katolik.
 
Tindakan simbolis ini bertujuan untuk mempromosikan dialog antar agama dan toleransi agama. Keterlibatan Paus dengan pemimpin dan tokoh agama Indonesia kemungkinan kana menekankan komitmen konstitusional negara terhadap kebebasan beragama dan perannya sebagai model koeksistensi global.
 
"Jika kita bisa membangun kolaborasi satu sama lain, hal itu bisa menjadi kekuatan besar bagi bangsa Indonesia," ujar Imam Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar alam sebuah wawancara.

Papua Nugini

Di Papua Nugini, Paus Fransiskus akan melakukan perjalanan ke kota terpencil Vanimo, tempat yang ditandai oleh kemiskinan dan konflik suku. Kunjungan akan menyoroti tantangan lingkungan dan sosial yang dihadapi oleh penduduknya yang beragam.
 
"Jika kita mampu menyingkirkan prasangka, bahkan dalam budaya suku, kita bisa menemukan nilai-nilai kemanusiaan yang sejalan dengan cita-cita Kristiani,” kata Kardinal Luis Antonio Tagle, yang memimpin kantor penginjilan misionaris Vatikan dan merupakan anggota delegasi Vatikan, kepada kantor berita misionaris Fides.
 
Interaksi Paus Fransiskus dengan para misionaris lokal dan masyarakat suku akan mencerminkan komitmennya untuk memenuhi kebutuhan kaum marjinal dan mempromosikan pengelolaan lingkungan.

Merefleksikan Perjuangan Timor Leste

Paus Fransiskus akan mengunjungi kembali Timor Leste, tempat kunjungan Paus Yohanes Paulus II tahun 1989 meninggalkan dampak yang abadi. Perjalanan tersebut akan menjadi momen refleksi atas penderitaan masa lalu Timor Leste di bawah penduduk Indonesia dan perjuangannya selanjutnya untuk kemerdekaan.
 
"Selama bertahun-tahun, kalian telah merasakan penderitaan dan kehilangan akibat konflik, kalian telah memahami makna menjadi korban dari kebencian dan perjuangan," ucap Paus Yohanes Paulus saat misa di tepi pantai Tasi-Toli, dekat Dili.
 
"Saya berdoa agar mereka yang bertanggung jawab atas kehidupan di Timor Timur akan bertindak dengan bijaksana dan beritikad baik terhadap semua orang, serta mencari solusi yang adil dan damai untuk kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi," lanjutnya saat itu dalam pesan langsung kepada Indonesia.
 
Paus diharapkan untuk menghormati kenangan mereka yang terkena dampak dan menegaskan kembali dukungannya untuk perdamaian dan rekonsiliasi di wilayah tersebut. Dan akan melanjutkan jejak Yohanes Paulus sehingga merayakan misa di lapangan terbuka tepi pantai yang sama dengan liturgi tahun 1989.
 
Paus Fransiskus akan menghadapi tantangan besar terkait skandal pelecehan seksual oleh pendeta. Uskup Carlos Felipe Ximenes Belo, seorang pahlawan kemerdekaan yang sangat dihormati dan peraih Hadiah Nobel Perdamaian, ternyata diam-diam dihukum oleh Vatikan pada tahun 2020 karena melakukan pelecehan seksual terhadap anak laki-laki. 
 
Namun, belum jelas apakah Paus Fransiskus akan membahas kasus Belo, yang masih dihormati di Timor Leste tetapi dilarang oleh Vatikan untuk kembali. (Nithania Septianingsih)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan