Penasihat Menteri Bidang Program Prioritas Kementerian Luar Negeri RI Dian Triansyah Djani. (Institute Leimena)
Penasihat Menteri Bidang Program Prioritas Kementerian Luar Negeri RI Dian Triansyah Djani. (Institute Leimena)

Intoleransi Menghancurkan Kemanusiaan dan Martabat Manusia

Marcheilla Ariesta • 11 Juli 2024 20:03
Jakarta: Toleransi saja tidak cukup dalam kehidupan umat beragama, apalagi tanpa toleransi. Penasihat Menteri Bidang Program Prioritas Kementerian Luar Negeri RI Dian Triansyah Djani mengatakan, inilah pentingnya dialog antar agama untuk menumbuhkan toleransi, saling pengertian dalam masyarakat inklusif.
 
"Berbagai bentuk intoleransi, kebencian, diskriminasi dan kekerasan, terus membayangi dan mengancam hak-hak masyarakat di seluruh dunia," kata Trian menutup Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Jakarta, Kamis, 11 Juli 2024.
 
Ia menambahkan, intoleransi ini terlihat dalam berbagai konflik, seperti yang terjadi di Ukraina, Palestina dan banyak wilayah dunia lainnya.

"Kegagalan untuk mengatasi tantangan-tantangan mendesak tersebut akan membawa konsekuensi yang lebih buruk terhadap ketegangan dan konflik yang hanya akan menghancurkan kemanusiaan dan martabat manusia," sambung dia.
 
Karenanya, ucap Trian, dialog ini mendorong literasi agama lintas budaya. Menurut Trian, kolaborasi multi-agama sangat penting untuk menciptakan dan membina masyarakat yang toleran dan damai.
 
Indonesia, merupakan negara dengan keragaman agama dan budaya yang melimpah sehingga kerap dijadikan 'model' toleransi dunia.
 
"Hal ini tidak boleh dianggap remeh. Hal ini terus saya tekankan kepada generasi muda hingga anak saya, bahwa Indonesia bisa menjadi negara sebesar ini dengan toleransi terhadap persatuan bangsa dan kerukunan sosial harus selalu dipupuk antara lain dengan membina lintas budaya, literasi agama, dan kolaborasi antaragama," terang Trian.
 
Indonesia, lanjutnya, tidak hanya mempromosikan tapi juga mempraktikkan kolaborasi antaragama dalam diplomasi. Namun, katanya, tak hanya terhenti didialog saja.
 
"Penting juga untuk menerjemahkan kata-kata menjadi tindakan, perbuatan baik menjadi kebijakan, dan keterlibatan kolaboratif. Dan masyarakat harus menjadi pusat upaya kita untuk menciptakan dunia inklusif yang menekankan pada kemanusiaan dan martabat," seru mantan Wakil Tetap RI untuk PBB ini.
 
Ia mengutip pernyataan mantan presiden Abdurrahman Wahid, 'toleransi saja tidak cukup, tapi kita harus mengupayakan penerimaan dan saling menghormati'.
 
"Untuk itu, saya bangga menjadi orang Indonesia," pungkasnya.
 
Baca juga: Menlu Retno Tekankan Dialog Antaragama Bagian Penting Diplomasi RI
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan