Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Andalas, Muhammad Yusra, menyebut keikutsertaan Rusia merupakan isu yang paling sensitif selama penyelenggaraan KTT G20. Indonesia tetap konsisten dari awal hingga akhirnya meyakinkan negara G20 lain walau banyak negara yang menolak kehadiran Rusia.
"Meskipun sebagian besar negara anggota G20 menekan Indonesia untuk tidak mengundang Rusia, Indonesia tetap konsisten dalam menghadirkan anggota G20 tersebut pada KTT ini," kata Yusra kepada Medcom.id, Kamis, 17 November 2022.
Ukraina juga tetap diundang untuk hadir untuk mempertegas netralitas Indonesia. Namun, kedua kepala negara yang tengah berperang tetap tak bisa hadir semeja.
Presiden Rusia Vladimir Putin hanya diwakilkan Menteri Luar Negeri Sergey Viktorovich Lavrov. Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky hanya hadir secara virtual.
"namun KTT ini telah sukses dalam menegaskan bahwa prinsip Bebas-Aktif dalam kebijakan luar negeri Indonesia merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar," kata Yusra.
G20 Bali jadi forum ekonomi 'rasa' politik
Perang Rusia-Ukraina menjadi pembahasan yang paling dominan selama Indonesia memegang Presidensi G20. Baik sebelum maupun sepanjang KTT G20 berlangsung.Hal ini membuktikan forum ekonomi berisi anggota dengan sekitar 80 persen pendapatan domestik bruto (PDB) dunia ini menjelma menjadi forum manifestasi kepentingan politik. Terutama negara yang juga menjadi anggota NATO.
Presiden Jokowi juga menyebut, "penyikapan perang di Ukraina merupakan hal yang paling alot dan sangat diperdebatkan". Namun, KTT di Nusa Dua berhasil menghasilkan Deklarasi G20 Bali.
Deklarasi tersebut mengaitkan perang Rusia-Ukraina yang dapat berdampak terhadap perekonomian dunia.
"Forum yang pada mulanya digagas untuk menjadi solusi bagi persoalan ekonomi global tersebut telah bertansformasi menjadi forum politik berbalut ekonomi," pungkas Yusra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News