Seruan disampaikan Bachelet ke Pemerintah Bangladesh, usai Menteri Luar Negeri A.K. Abdul Momen menegaskan pihaknya tidak akan menerima kedua kapal.
Pernyataan Abdul pekan kemarin disampaikan hanya beberapa hari setelah puluhan Rohingya tewas di sebuah kapal yang terombang-ambing di laut. Para Rohingya di kapal tersebut sudah dua bulan berada di laut, menanti izin untuk berlabuh.
Dua kapal yang mengangkut banyak Rohingya itu diyakini tengah berada di perairan internasional. Selain ke Bangladesh, para Rohingya juga berharap dapat mencapai wilayah Malaysia.
Angkatan Laut Malaysia telah menolak kedatangan satu kapal pekan kemarin, dan langsung meningkatkan patroli untuk mencegah kedatangan lebih lanjut.
Satu juta Rohingya yang berada di kamp-kamp Bangladesh, menjadikan Malaysia sebagai destinasi favorit karena merupakan negara mayoritas Muslim dan dianggap menawarkan banyak lapangan pekerjaan.
"Lewat semangat solidaritas di bulan Ramadan, saya memohon kepada Anda untuk membuka pelabuhan dan mengizinkan kedua kapal untuk berlabuh," tulis Bachelet di sebuah surat, yang salinannya telah didapat kantor berita AFP.
"Lebih dari 500 pria, wanita, dan anak-anak di dua kapal tersebut sudah berada di laut untuk waktu lama. Mereka membutuhkan makanan, perawatan medis, dan bantuan kemanusiaan lainnya," sambung dia.
Bachelet menegaskan bahwa praktik menolak kapal dan mendorongnya kembali ke lautan sebagai sesuatu yang sebaiknya tidak dilakukan lagi.
Hingga saat ini, Pemerintah Bangladesh belum merespons seruan Bachelet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News