"Negara ini sedang menghadapi masalah. Saya tidak akan lari dari masalah. Saya akan terus bekerja," ucap PM Prayuth dalam sebuah sesi khusus di gedung parlemen di Bangkok, yang baru berakhir pada Selasa malam, pukul 22.00 waktu setempat.
Dikutip dari laman Bernama pada Rabu, 28 Oktober 2020, pertemuan khusus itu diserukan PM Prayuth dalam rangka mendiskusikan aksi protes anti-pemerintah yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan di Thailand.
Sejak pertengahan Juli, demonstran anti-pemerintah berunjuk rasa di Bangkok dan beberapa kota lainnya. Mereka mengajukan tiga permintaan, yakni pengunduran diri PM Prayuth, perubahan konstitusi negara, dan reformasi di internal monarki Thailand.
Baca: Oposisi di Parlemen Serukan PM Thailand Mundur
Meski menolak mundur, PM Prayuth sepakat membentuk sebuah komite yang terdiri dari seluruh elemen masyarakat Thailand, termasuk dari kelompok demonstran anti-pemerintah. Komite akan dibentuk dengan tujuan utama mengakhiri krisis politik di Thailand saat ini.
Dalam pernyataannya, PM Prayuth mengingatkan kelompok anti-pemerintah untuk tidak melibatkan negara-negara lain dalam urusan dalam negeri.
"Jangan membawa negara-negara lain. Kita harus tetap mempertahankan kedaulatan negara," tegasnya.
PM Prayuth mengaku khawatir krisis politik saat ini dapat berimbas pada pemulihan perekonomian Thailand yang terhantam pandemi virus korona (covid-19).
Sementara itu dalam pernyataan penutup, juru bicara oposisi di parlemen, Sutin Klangsang, akan menyerukan acara debat bulan depan dalam upaya meredam aksi protes yang dikhawatirkan dapat semakin bertambah parah.
"Prayuth harus mengundurkan diri. Jika dia menolak, saya khawatir aksi protes hanya akan terus memanas. Untuk itu, saya meminta perdana menteri untuk mengorbankan diri," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News