Pendeta Juliana Buikiak Temparaja, anggota Circle 7 yang tergabung dalam 1000 Abrahamic Circles Project kepada Medcom.id mengatakan, toleransi merupakan hal yang harus ditanamkan sejak dini di keluarga. Berasal dari Timor Leste, Pendeta Juliana mengatakan, toleransi bukan hal yang baru di negaranya.
“Di Timor Leste, kami mengakui enam agama, Katolik sebagai mayoritas, Kristen, Islam, Hindu, Buddha dan Konghucu,” kata Pendeta Juliana.
“Semua agama mengajarkan mencintai sesama, lingkungan dan Tuhan. Tidak ada agama yang mengajarkan kebencian,” tegas Pendeta Juliana.
Tiga tokoh perempuan dari agama Islam, Kristen dan Yahudi akan menjalani kehidupan bersama selama tiga pekan ke depan. Mereka tergabung dalam 1000 Abrahamic Circles Project.
1000 Abrahamic Circles Project merupakan upaya perdamaian antaragama internasional yang independen dan bersifat akar rumput. Dino Patti Djalal, yang adalah mantan wakil menteri luar negeri Indonesia sekaligus founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) juga menjadi pendiri dari proyek ini.
“Tujuannya untuk mempertemukan para pemimpin ‘agama Ibrahim’ dari tiga negara berbeda dalam perjalanan menuju komunitas satu sama lain,” demikian dikutip dari situs 1000circles.com.
Sudah dilakukan selama enam kali, Circles 7 ini diisi oleh para pemimpin agama perempuan. Ada Ustadzah Nurhayati Marman sebagai perwakilan Circle Islam dari Indonesia, Pendeta Juliana Buikiak Temparaja yang adalah perwakilan Circle Kristen dari Timor Leste, serta Rabbi Sheryl L Nosan, perwakilan Circle Yahudi dari Australia.
Ketiganya akan bersama selama tiga pekan di tiga negara berbeda, dengan berbagai kegiatan yang sudah mereka tentukan. Untuk circle ke-7 ini, mengambil tema ‘Sisters Journey’.
Medcom.id berkesempatan untuk mengikuti perjalanan mereka dari Jakarta, Dili hingga ke Perth. Circle ke-7 dimulai pada Selasa, 7 Mei 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News