Dalam konferensi pers, Duterte menjelaskan bahwa pernyataannya telah disalahartikan. Ia menyebut bahwa komentar terkait rencana balas dendam terhadap Presiden Marcos, istrinya, dan sepupunya, Martin Romualdez, hanya akan dilakukan jika dirinya menjadi korban pembunuhan.
“Pertanyaannya sekarang, apakah balas dendam dari kuburan bisa disebut kejahatan?,” ujar Duterte dikutip dari The Diplomat, Rabu, 27 November 2024.
“Pernyataan saya seharusnya dipahami dengan logika sederhana bahwa tindakan balas dendam bersyarat tidak dapat dianggap sebagai ancaman aktif. Itu hanyalah sebuah rencana tanpa tindakan nyata,” tambah Duterte.
Duterte juga menambahkan bahwa komentarnya itu dilontarkan dalam kondisi emosional akibat perselisihan dengan Presiden Marcos, yang sudah berlangsung lebih dari setahun.
Ia bahkan mengkritik pemerintah Marcos sebagai pemerintahan yang, menurutnya, gagal melayani rakyat Filipina dan lebih sibuk memusuhi lawan politik.
Meski Duterte telah meredam tuduhan dengan menjelaskan konteks pernyataannya, pihak berwenang tetap menyikapinya dengan serius. Presiden Marcos, dalam video yang dirilis melalui media sosialnya, menyatakan akan "melawan ancaman yang mengganggu ini".
Sementara itu, Biro Investigasi Nasional Filipina (NBI) telah memanggil Duterte untuk memberikan keterangan terkait dugaan ancaman serius tersebut.
Pihak Departemen Kehakiman mengatakan bahwa investigasi ini juga mencakup kemungkinan pelanggaran Undang-Undang Anti-Terorisme, serta untuk menyelidiki klaim Duterte tentang adanya ancaman terhadap nyawanya sendiri.
Konflik internal yang kian tajam
Tuduhan ini semakin memperburuk hubungan antara Presiden Marcos dan Sara Duterte, yang dulunya merupakan sekutu kuat dalam Pilpres 2022. Saat itu, keduanya menang telak dalam pemilu berkat koalisi politik yang kokoh. Namun, hubungan tersebut dengan cepat memburuk akibat perselisihan pribadi dan politik.Pada Juni 2024, Sara Duterte mengundurkan diri dari kabinet Marcos dengan alasan merasa dimanfaatkan oleh presiden dan lingkaran politiknya. Tak hanya itu, mantan Presiden Rodrigo Duterte, ayah Sara, juga kerap melontarkan kritik keras terhadap pemerintahan Marcos.
Sebagai respons atas tuduhan dan kritik dari keluarga Duterte, sekutu Presiden Marcos di DPR mulai melakukan penyelidikan terhadap dugaan penyelewengan dana oleh Sara Duterte selama menjabat sebagai Wakil Presiden dan Menteri Pendidikan. Isu inilah yang memicu komentar pedas Sara Duterte akhir pekan lalu.
Perseteruan yang menjalar ke pemilu mendatang
Perseteruan antara kubu Duterte dan Marcos diperkirakan akan memanas menjelang Pemilu Paruh Waktu pada Mei 2025, yang dianggap sebagai medan pertempuran politik kedua belah pihak.Sara Duterte juga secara terbuka menyatakan minatnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada 2028, ambisi yang kemungkinan besar akan ditentang oleh kubu Marcos.
Sebagai langkah politiknya, kubu Duterte mulai merujuk pada warisan Revolusi People Power 1986, yang menggulingkan Presiden Ferdinand E. Marcos, ayah dari Presiden Marcos Jr.
Dalam pernyataannya, Sara Duterte bahkan menuduh keluarga Marcos terlibat dalam pembunuhan Benigno Aquino Jr. pada 1983. Tuduhan ini menarik simpati sebagian masyarakat, yang memadati Shrine EDSA di Quezon City sebagai bentuk dukungan terhadap Duterte.
Pergeseran politik yang kian tajam antara dua keluarga besar ini menjadi tanda bahwa konflik mereka kini memasuki fase yang lebih intens dan berpotensi mengguncang lanskap politik Filipina. (Muhammad Reyhansyah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News