Jakarta: Seiring dengan situasi politik di Afghanistan yang masih belum menentu, terjadi diskursus di Indonesia terkait kemenangan kelompok Taliban. Diskursus berpusar sekitar apakah Taliban telah berubah atau belum, sejak terakhir kali memegang kekuasaan di Afghanistan pada 2001.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai, diskursus yang terjadi di Indonesia ini tidak akan berdampak apapun terhadap Afghanistan.
"Hingga saat ini politik di Afghanistan masih belum menentu dan sangat cair tentang siapa yang memegang kendali pemerintahan," kata Hikmahanto dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Minggu, 22 Agustus 2021.
"Taliban memang sudah menguasai berbagai wilayah, bahkan ibu kota, namun hal tersebut tidak berarti tampuk pemerintahan serta merta memegang pemerintahan di Afghanistan," sambungnya.
Hal ini dikarenakan, lanjut Hikmahanto, di dalam tubuh Taliban terdapat sejumlah faksi. "Diskurus harus dihentikan karena publik seharusnya menghormati kedaulatan Afghanistan," sebut Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani itu.
Publik tidak dapat memaksa
Hikmahanto menilai Pemerintah Indonesia sebaiknya tidak terburu-buru dalam hal pengakuan. ini dikarenakan internal Afghanistan masih bernegosiasi mengenai bentuk pemerintahan baru dan susunan kepemimpinannya.
Bila Indonesia melakukan pengakuan terhadap satu kelompok di Afghanistan, dikhawatirkan dapat dipandang sebagai bentuk intervensi terhadap urusan dalam negeri negara lain.
Alasan terakhir untuk mengakhiri diskursus, lanjut Hikmahanto, adalah karena yang menentukan dan merasakan langsung apakah Taliban sudah berubah atau belum ialah rakyat Afghanistan, bukan masyarakat Indonesia.
Baca: Menlu Bantah Lambat Evakuasi 26 WNI di Afghanistan
Bila rakyat di Afghanistan masih diselimuti rasa takut, panik dan kekhawatiran luar biasa yang diwujudkan dengan keinginan keluar dari Afghanistan, maka dalam persepsi masyarakat Afghanistan, Taliban belum berubah.
"Adalah tugas dari Taliban untuk meyakinkan masyarakat di Afghanistan untuk meyakinkan bahwa mereka telah berubah," tutur Hikmahanto.
"Diskursus telah berubah atau belumnya Taliban di Indonesia selain kurang tepat justru berpotensi untuk memecah belah persatuan dan kesatuan. Kecuali memang digunakan oleh pihak-pihak tertentu sebagai komoditas politik untuk menyerang pemerintah," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id