Baca: Jurnalis Selandia Baru Tuduh Indonesia Berupaya Beri Suap Terkait Pertemuan Melanesia. |
Tuduhan tindakan penyuapan itu diduga dilakukan seorang perwakilan Pemerintah Indonesia berinisial AN. Tuduhan penyuapan diutarakan Jurnalis Radio New Zealand (RNZ) Kelvin Anthony yang berada di Port Vila, Vanuatu untuk meliput KTT Pemimpin Melanesian Spearhead Group (MSG) ke-22, setelah wawancara eksklusif dengan Duta Besar Indonesia untuk Australia, Dr Siswo Pramono.
Wamenlu Pahala tanggapi isu mengenai penyuapan ini di sela KTT ASEAN di Jakarta.
“Tentunya apapun yang terkait mengenai penyuapan atau hal-hal yang terkait mengenai itu tentunya kita tidak mendukung, mengenai hal tersebut (penyuapan),” tegas mantan Wakil Menteri BUMN itu.
Saat KTT MSG, Pahala hadir sebagai wakil pemerintah Indonesia. Dia meninggalkan ruang sidang ketika pimpinan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Benny Wenda memberikan pernyataannya.
Menurut keterangan Anthony, dugaan suap tersebut ditawarkan antara pukul 13.00-13.10 pada hari Rabu, 23 Agustus di tempat parkir Holiday Inn Resort di Port Vila.
“Saya ditawari wawancara eksklusif dengan Duta Besar Indonesia untuk Australia pada pertemuan MSG setelah awal pekan ini diberitahu oleh AN bahwa pemerintahnya tidak menyukai apa yang dipublikasikan RNZ tentang Papua Barat dan hal itu tidak seimbang,” ucap Anthony.
“Saya menasihati para delegasi bahwa RNZ melakukan segala upaya untuk bersikap seimbang dan adil. Kami ingin memihak Indonesia juga, namun kami memerlukan kesempatan untuk berbicara secara terbuka,” sebut Anthony.
Usai berkomunikasi tatap muka dan online melalui WhatsApp -,SMS dan catatan panggilan dilihat RNZ,- AN disebut meminta Anthony datang ke Holiday Inn Resort pada pukul 12.00 untuk wawancara pada Rabu, 23 Agustus.
“Saya mewawancarai Dr Pramono untuk membahas serangkaian pertanyaan luas termasuk masalah hak asasi manusia di Papua Barat, pertemuan MSG, dan niat Jakarta di Pasifik, yang berlangsung lebih dari 40 menit,” kata Anthony.
“Saya pikir saya telah melakukan wawancara eksklusif yang menghasilkan cerita yang kuat dari pertemuan tersebut yang menyentuh isu-isu sensitif namun relevan yang melibatkan Indonesia, isu Papua Barat, dan Pasifik,” Anthony menambahkan.
Anthony mengatakan, dia diantar keluar dari ruang tunggu di akhir wawancara dan didampingi oleh setidaknya tiga pejabat Indonesia.
Dia mengatakan, AN, yang menjadi penghubungnya untuk mengatur wawancara, "berkali-kali bertanya kepada saya, apakah saya punya mobil dan bagaimana saya bisa kembali".
“Saya memberi tahu mereka bahwa rekan saya dari media lokal yang bersama saya mengantar saya kembali ke kota. Saat kami berjalan ke tempat parkir, petugas yang sama terus berjalan bersama saya dan saat kami hendak mendekati mobil, dia mengatakan, 'Delegasi Indonesia ingin memberikan tanda terima kasih kepada Anda’,” menurut keterangan Anthony.
"Saya bertanya kepadanya, 'Apa itu?' Dia menjawab, 'Hadiah kecil'.
"Saya bertanya lagi kepadanya, 'Tapi apa itu?' Dan dia menjawab: 'Uang'.
“Pada saat itu saya sangat terkejut karena saya belum pernah mengalami hal seperti itu dalam karier saya,” pengakuan Anthony.
“Saya menolak menerima uang tersebut dan mengatakan kepadanya, 'Saya tidak dapat menerima uang tersebut karena hal itu membahayakan cerita dan kredibilitas serta integritas saya sebagai seorang jurnalis,” tegas Anthony.
Anthony mengatakan pejabat Indonesia itu tampak menarik diri atas penolakan tersebut dan meminta maaf karena telah menawarkan uang.
Akibat kejadian tersebut RNZ saat itu memilih untuk tidak menayangkan wawancara dengan Dr Pramono. RNZ mengajukan tuntutan suap dan intimidasi kepada pemerintah Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News